Fenomena Childfree di Indonesia: Alasan, Dampak, dan Pendapat

Bagaimana Pendapatmu Tentang Fenomena Childfree yang Marak Disuarakan Akhir-Akhir Ini?

Fenomena Childfree di Indonesia: Alasan, Dampak, dan Pendapat

Fenomena childfree, yaitu pilihan hidup untuk tidak memiliki anak, baik secara biologis maupun adopsi, belakangan ini menjadi topik yang banyak diperbincangkan di media sosial. Fenomena ini dipicu oleh pernyataan publik figur Gita Savitri Dewi, seorang content creator, yang menyatakan bahwa ia dan suaminya memutuskan untuk tidak memiliki anak. Pernyataan ini menimbulkan berbagai reaksi dari netizen, baik yang mendukung maupun yang menentang.

Namun, sebenarnya fenomena childfree bukanlah hal yang baru di Indonesia. Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2022, terdapat sekitar 8% perempuan berusia 15-49 tahun yang pernah kawin namun belum pernah melahirkan anak dalam keadaan hidup serta tidak menggunakan alat KB. Jumlah ini meningkat dari tahun sebelumnya, yang hanya sekitar 6%. Dari jumlah tersebut, sekitar 71 ribu perempuan menyatakan bahwa mereka tidak ingin memiliki anak.

Lalu, apa yang melatarbelakangi fenomena childfree di Indonesia? Apa dampaknya bagi kependudukan dan kesejahteraan bangsa? Dan bagaimana pendapatmu tentang fenomena ini? Berikut adalah beberapa poin yang dapat membantu kamu untuk memahami dan menyikapi fenomena childfree di Indonesia.

Alasan Memilih Childfree

Tidak ada satu alasan tunggal yang dapat menjelaskan mengapa seseorang atau pasangan memilih untuk hidup childfree. Alasan ini dapat bersifat pribadi, sosial, ekonomi, atau bahkan psikologis. Berikut adalah beberapa alasan umum yang sering dikemukakan oleh mereka yang memilih childfree:

  • Mengutamakan karir dan pendidikan. Beberapa perempuan yang memiliki tingkat pendidikan tinggi dan karir yang menjanjikan merasa bahwa memiliki anak akan mengganggu pencapaian mereka di bidang profesional. Mereka ingin fokus pada pengembangan diri dan kontribusi bagi masyarakat tanpa harus terbebani oleh tanggung jawab mengurus anak.
  • Menikmati kebebasan dan gaya hidup. Beberapa pasangan yang memilih childfree merasa bahwa memiliki anak akan mengurangi waktu dan kesempatan mereka untuk mengeksplorasi berbagai hal yang mereka sukai, seperti traveling, hobi, olahraga, atau bersosialisasi dengan teman-teman. Mereka ingin menikmati hidup sesuai dengan keinginan dan minat mereka tanpa harus mengorbankan kebahagiaan mereka demi anak.
  • Menghindari biaya dan risiko. Beberapa pasangan yang memilih childfree merasa bahwa memiliki anak akan menimbulkan biaya dan risiko yang besar, baik secara finansial maupun kesehatan. Mereka khawatir tidak mampu memberikan pendidikan dan kesehatan yang layak bagi anak di tengah kondisi ekonomi yang sulit. Mereka juga khawatir mengalami komplikasi kehamilan, persalinan, atau penyakit akibat memiliki anak.
  • Menyadari keterbatasan diri. Beberapa pasangan yang memilih childfree merasa bahwa mereka tidak memiliki kemampuan atau minat untuk menjadi orang tua yang baik bagi anak. Mereka sadar bahwa menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah dan membutuhkan komitmen, kesabaran, dan pengorbanan yang besar. Mereka tidak ingin menyesal atau menyesali keputusan mereka jika ternyata mereka tidak bisa memberikan kasih sayang dan perhatian yang cukup bagi anak .
  • Menjaga lingkungan. Beberapa pasangan yang memilih childfree merasa bahwa memiliki anak akan memberikan dampak negatif bagi lingkungan. Mereka khawatir bahwa semakin banyak penduduk di dunia akan semakin meningkatkan konsumsi sumber daya alam, polusi, pemanasan global, dan kerusakan ekosistem. Mereka ingin berkontribusi untuk menjaga lingkungan dengan tidak menambah beban populasi di bumi .
  • Menyatakan orientasi seksual. Beberapa pasangan yang memilih childfree merasa bahwa memiliki anak tidak sesuai dengan orientasi seksual mereka. Mereka adalah pasangan yang berhubungan sesama jenis, baik laki-laki maupun perempuan, yang tidak dapat atau tidak mau memiliki anak secara biologis maupun adopsi. Mereka ingin menunjukkan identitas dan hak mereka sebagai bagian dari komunitas LGBT .

Dampak Memilih Childfree

Pilihan hidup untuk tidak memiliki anak tentu saja memiliki dampak bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan negara. Dampak ini dapat bersifat positif maupun negatif, tergantung dari sudut pandang dan perspektif yang digunakan. Berikut adalah beberapa dampak yang dapat ditimbulkan oleh fenomena childfree:

  • Dampak positif bagi diri sendiri. Beberapa dampak positif yang dapat dirasakan oleh mereka yang memilih childfree adalah sebagai berikut:
    • Mereka dapat memiliki lebih banyak waktu, uang, dan energi untuk mengembangkan diri, karir, pendidikan, hobi, atau kegiatan lain yang mereka sukai.
    • Mereka dapat memiliki lebih banyak kebebasan, fleksibilitas, dan mobilitas untuk melakukan perjalanan, bersosialisasi, atau mengekspresikan diri tanpa harus terikat oleh kewajiban dan tanggung jawab sebagai orang tua.
    • Mereka dapat memiliki lebih banyak kesehatan fisik dan mental karena tidak perlu mengalami stres, kecemasan, depresi, atau penyakit akibat mengurus anak.
    • Mereka dapat memiliki lebih banyak kepuasan dan kebahagiaan dalam hubungan pasangan karena tidak perlu berbagi perhatian, kasih sayang, atau konflik dengan anak.
  • Dampak negatif bagi diri sendiri. Beberapa dampak negatif yang dapat dirasakan oleh mereka yang memilih childfree adalah sebagai berikut:
    • Mereka dapat mengalami kesepian, isolasi, atau kurangnya dukungan sosial karena tidak memiliki anak yang dapat menjadi teman, sahabat, atau penolong di masa tua.
    • Mereka dapat mengalami penolakan, diskriminasi, atau stigma sosial karena dianggap menyimpang, egois, atau tidak bertanggung jawab oleh keluarga, teman, atau masyarakat yang masih menganggap bahwa memiliki anak adalah hal yang wajib dan mulia.
    • Mereka dapat mengalami penyesalan, rasa bersalah, atau rasa kurang lengkap karena tidak memiliki anak yang dapat menjadi penerus keturunan, pewaris harta, atau pemuas harapan orang tua.
    • Mereka dapat mengalami krisis identitas atau eksistensi karena tidak memiliki anak yang dapat menjadi sumber makna hidup, tujuan hidup, atau nilai hidup.
  • Dampak positif bagi keluarga. Beberapa dampak positif yang dapat dirasakan oleh keluarga dari mereka yang memilih childfree adalah sebagai berikut:
    • Mereka dapat memiliki lebih banyak waktu dan perhatian untuk menjalin hubungan yang harmonis dan intim dengan pasangan tanpa harus terganggu oleh kehadiran atau kebutuhan anak.
    • Mereka dapat memiliki lebih banyak kesempatan dan kemudahan untuk berkomunikasi dan berkunjung dengan orang tua atau saudara tanpa harus dibebani oleh urusan atau masalah anak.
    • Mereka dapat memiliki lebih banyak kesejahteraan dan kenyamanan dalam hal finansial karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan anak.
    • Mereka dapat memiliki lebih banyak kesadaran dan tanggung jawab untuk menjaga kesehatan dan keselamatan diri sendiri dan pasangan tanpa harus khawatir akan meninggalkan anak jika terjadi sesuatu.
  • Dampak negatif bagi keluarga. Beberapa dampak negatif yang dapat dirasakan oleh keluarga dari mereka yang memilih childfree adalah sebagai berikut:
    • Mereka dapat mengalami ketidakharmonisan atau ketegangan dalam hubungan dengan orang tua atau saudara karena merasa tidak dihargai atau tidak dipahami atas pilihan hidup mereka yang berbeda dari norma atau harapan keluarga.
    • Mereka dapat mengalami kehilangan atau kesedihan karena tidak memiliki anak yang dapat menjadi sumber kebanggaan, kebahagiaan, atau penghibur di masa tua.
    • Mereka dapat mengalami kesulitan atau keterbatasan dalam hal warisan, pewarisan, atau peninggalan karena tidak memiliki anak yang dapat menerima atau melanjutkan harta, nama, atau cita-cita mereka.