Sakit  

Kasus Cacar Monyet di Indonesia: Penyebab, Gejala, dan Pencegahan

Kasus Cacar Monyet di Indonesia

FOKUS KESEHATAN Cacar monyet atau monkeypox adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus monkeypox. Penyakit ini pertama kali ditemukan pada monyet di Afrika pada tahun 1958, dan kemudian menyebar ke manusia melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi. Cacar monyet memiliki gejala yang mirip dengan cacar air, yaitu demam, sakit kepala, nyeri otot, dan ruam kulit. Namun, cacar monyet lebih berat dan berisiko menyebabkan komplikasi seperti infeksi sekunder, radang paru-paru, dan bahkan kematian.

Kasus Cacar Monyet di Indonesia

Pada bulan Agustus 2022, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengumumkan kasus cacar monyet pertama di Indonesia. Kasus ini ditemukan pada seorang laki-laki yang baru pulang dari perjalanan luar negeri. Negara yang dikunjunginya termasuk dalam 89 negara dengan temuan kasus cacar monyet pada tanggal 8 Agustus 2022. Sejak saat itu, kasus cacar monyet terus bertambah di Indonesia, khususnya di DKI Jakarta. Hingga tanggal 28 Oktober 2023, Kemenkes RI melaporkan ada 17 kasus konfirmasi cacar monyet di Indonesia, semuanya berasal dari Jakarta. Selain itu, ada juga dua kasus probable dan sembilan kasus suspek yang masih menunggu hasil pemeriksaan laboratorium.

Penyebab dan Cara Penularan Cacar Monyet

Cacar monyet disebabkan oleh virus monkeypox, yang termasuk dalam keluarga Poxviridae. Virus ini memiliki genom DNA beruntai ganda yang mengodekan sekitar 200 protein. Virus ini dapat bertahan hidup di lingkungan luar selama beberapa hari hingga minggu. Virus ini dapat menyerang berbagai jenis sel mamalia, termasuk sel epitel kulit, sel darah putih, dan sel endotel pembuluh darah.

Baca Juga:  Makan Rendah Karbohidrat yang Sehat Untuk Diabetes

Cara penularan cacar monyet dapat terjadi melalui beberapa jalur, yaitu:

  • Kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, atau luka dari hewan atau manusia yang terinfeksi.
  • Kontak tidak langsung dengan benda-benda yang terkontaminasi oleh virus, seperti pakaian, peralatan, atau tempat tidur.
  • Inhalasi droplet atau aerosol yang mengandung virus dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi.
  • Konsumsi daging hewan yang terinfeksi tanpa dimasak dengan baik.

Hewan yang dapat menjadi sumber penularan cacar monyet antara lain adalah monyet, tupai, tikus pohon, kera ekor panjang, dan kambing. Di Afrika Barat dan Tengah, kasus cacar monyet sering terkait dengan konsumsi daging hewan liar atau bushmeat. Di Indonesia, belum diketahui pasti sumber penularan pertama kasus cacar monyet. Namun, dugaan sementara adalah kontak seksual antara pasien dengan orang yang baru pulang dari negara endemis cacar monyet.

Gejala dan Komplikasi Cacar Monyet

Gejala cacar monyet biasanya muncul dalam waktu 6-13 hari setelah terpapar virus. Gejala awal meliputi:

  • Demam tinggi
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot
  • Sakit tenggorokan
  • Menggigil
  • Lemas
  • Mual
  • Muntah
  • Diare

Setelah 1-3 hari, gejala kulit mulai muncul. Gejala kulit ini meliputi:

  • Ruam merah bintik-bintik yang menyebar dari wajah ke seluruh tubuh
  • Benjolan berisi nanah (pustula) yang pecah dan membentuk keropeng
  • Gatal dan nyeri pada area ruam
  • Pembengkakan kelenjar getah bening

Gejala cacar monyet biasanya berlangsung selama 2-4 minggu. Sebagian besar pasien akan sembuh tanpa pengobatan khusus. Namun, sekitar 10 persen pasien dapat mengalami komplikasi yang serius, seperti:

  • Infeksi sekunder pada kulit atau mata oleh bakteri
  • Radang paru-paru (pneumonia)
  • Radang otak (ensefalitis)
  • Radang selaput otak (meningitis)
  • Radang ginjal (nefritis)
  • Radang hati (hepatitis)
  • Radang jantung (miokarditis)
  • Kegagalan organ
  • Kematian
Baca Juga:  Stres: Mempengaruhi Diabetes dan Cara Menguranginya

Tingkat kematian akibat cacar monyet berkisar antara 1-10 persen, tergantung pada faktor-faktor seperti usia, kondisi kesehatan, dan sistem imun pasien.

Diagnosis dan Pengobatan Cacar Monyet

Diagnosis cacar monyet dapat dilakukan dengan mengambil sampel darah, cairan pustula, atau keropeng dari pasien dan mengirimkannya ke laboratorium untuk diperiksa. Metode pemeriksaan yang dapat digunakan antara lain adalah polymerase chain reaction (PCR), virus isolation, atau enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA). Diagnosis cacar monyet juga harus mempertimbangkan riwayat perjalanan, kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi, dan gejala klinis pasien.

Pengobatan cacar monyet belum ada yang spesifik. Pengobatan yang diberikan hanya bersifat simptomatik, yaitu untuk meredakan gejala dan mencegah komplikasi. Pengobatan yang dapat diberikan antara lain adalah:

  • Obat penurun demam dan pereda nyeri, seperti parasetamol atau ibuprofen
  • Obat antihistamin untuk mengurangi gatal
  • Obat antibiotik untuk mencegah atau mengatasi infeksi sekunder
  • Obat antivirus, seperti cidofovir atau brincidofovir, untuk menghambat replikasi virus

Selain itu, pasien juga harus menjalani isolasi mandiri atau di rumah sakit untuk mencegah penularan ke orang lain. Pasien juga harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan, serta menghindari kontak dengan hewan yang berpotensi terinfeksi.

Pencegahan Cacar Monyet

Pencegahan cacar monyet dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

  • Menghindari kontak dengan hewan yang berpotensi terinfeksi, terutama jika memiliki luka atau ruam pada kulit
  • Menghindari konsumsi daging hewan liar atau bushmeat tanpa dimasak dengan baik
  • Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi atau memiliki gejala cacar monyet
  • Menggunakan alat pelindung diri, seperti masker, sarung tangan, dan baju pelindung, jika harus merawat orang yang terinfeksi
  • Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi
  • Membersihkan dan mendisinfeksi benda-benda yang terkontaminasi oleh virus, seperti pakaian, peralatan, atau tempat tidur
  • Melaporkan kasus cacar monyet kepada petugas kesehatan setempat jika mengetahui adanya kasus di sekitar
  • Mendapatkan vaksin cacar jika tersedia dan direkomendasikan oleh petugas kesehatan
Baca Juga:  Sakit Perut Bagian Bawah: Penyebab, Gejala, dan Penanganannya

Vaksin cacar adalah vaksin yang dapat memberikan perlindungan terhadap cacar monyet. Vaksin ini berisi virus vaccinia yang telah dilemahkan dan tidak menyebabkan penyakit. Vaksin ini dapat memberikan kekebalan selama 3-5 tahun. Namun, vaksin ini tidak tersedia secara luas di Indonesia. Vaksin ini hanya diberikan kepada orang-orang yang berisiko tinggi terpapar cacar monyet, seperti petugas kesehatan, petugas laboratorium, atau petugas karantina.

Kesimpulan

Cacar monyet adalah penyakit menular yang dissebabkan oleh virus monkeypox. Penyakit ini memiliki gejala yang mirip dengan cacar air, tetapi lebih berat dan berisiko menyebabkan komplikasi. Penyakit ini dapat menular melalui kontak dengan hewan atau manusia yang terinfeksi, atau melalui droplet atau aerosol. Pencegahan cacar monyet dapat dilakukan dengan menghindari kontak dengan hewan atau orang yang terinfeksi, menggunakan alat pelindung diri, mencuci tangan, membersihkan dan mendisinfeksi benda-benda yang terkontaminasi, melaporkan kasus kepada petugas kesehatan, dan mendapatkan vaksin cacar jika tersedia dan direkomendasikan. Pengobatan cacar monyet belum ada yang spesifik, hanya bersifat simptomatik dan untuk mencegah komplikasi. Pasien harus menjalani isolasi mandiri atau di rumah sakit untuk mencegah penularan ke orang lain.

Demikianlah artikel tentang kasus cacar monyet di Indonesia. Semoga artikel ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan meningkatkan kesadaran akan bahaya penyakit ini. Jika Anda memiliki pertanyaan atau saran, silakan tinggalkan komentar di bawah. Terima kasih telah membaca artikel ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *