ODGJ dan ODMK: Apa, Mengapa, dan Bagaimana?

ODGJ dan ODMK

Orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dan orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) adalah dua istilah yang sering digunakan dalam dunia kesehatan jiwa. Namun, apakah Anda tahu apa arti, penyebab, penanganan, jenis, gejala, dan perbedaan antara ODGJ dan ODMK? Artikel ini akan menjelaskan secara lengkap dan mendalam tentang ODGJ dan ODMK, serta menghapus stigma negatif yang sering melekat pada mereka.

Apa itu ODGJ dan ODMK?

ODGJ adalah singkatan dari orang dengan gangguan jiwa. Menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa, ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang bermakna. Gejala-gejala tersebut dapat menimbulkan penderitaan dan menghambat aktivitas dan fungsi penderitanya sebagai individu.

ODMK adalah singkatan dari orang dengan masalah kejiwaan. Menurut UU yang sama, ODMK adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa. Intinya, ODMK adalah orang yang belum sakit jiwa, tetapi memiliki potensi atau faktor risiko untuk menjadi sakit jiwa.

Apa Penyebab ODGJ dan ODMK?

Penyebab ODGJ dan ODMK tidak bisa disebutkan secara pasti, karena ada banyak faktor yang berpengaruh. Namun, secara umum, penyebab ODGJ dan ODMK dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu:

  • Faktor biologis: meliputi faktor genetik atau keturunan, infeksi, trauma kepala, kelainan hormon, penggunaan obat-obatan terlarang atau zat adiktif lainnya, dan penyakit fisik lain yang mempengaruhi fungsi otak.
  • Faktor psikologis: meliputi faktor kepribadian, emosi, stres, trauma psikologis, konflik batin atau interpersonal, pengalaman buruk masa lalu atau masa kini, kurangnya koping atau cara mengatasi masalah yang efektif.
  • Faktor sosial: meliputi faktor lingkungan hidup, budaya, agama, pendidikan, pekerjaan, ekonomi, keluarga, teman, masyarakat, media massa, dan lain-lain.
Baca Juga:  Cara Mengatasi Cadel pada Orang Dewasa dan Remaja

Faktor-faktor tersebut dapat saling berinteraksi dan memperkuat satu sama lain dalam memicu atau memperburuk kondisi ODGJ atau ODMK. Oleh karena itu, penting untuk mengenali dan menghindari faktor-faktor risiko tersebut sejak dini.

Bagaimana Penanganan ODGJ dan ODMK?

Penanganan ODGJ dan ODMK harus dilakukan secara komprehensif dan holistik. Artinya, penanganan tidak hanya berfokus pada gejala atau perilaku yang tampak saja, tetapi juga pada aspek biologis, psikologis, sosial, spiritual, hukum, dan hak asasi manusia dari penderita. Penanganan ODGJ dan ODMK juga harus melibatkan kerjasama antara penderita sendiri (self-help), keluarga (family support), tenaga kesehatan (health care), tenaga sosial (social care), komunitas (community support), pemerintah (policy maker), dan masyarakat (stakeholder).

Secara garis besar, penanganan ODGJ dan ODMK dapat dibagi menjadi tiga tahap:

  • Tahap preventif: bertujuan untuk mencegah timbulnya gangguan jiwa atau masalah kejiwaan pada individu atau kelompok yang berisiko. Tahap ini meliputi upaya-upaya seperti penyuluhan kesehatan jiwa (health education), konseling (counseling), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), advokasi (advocacy), dan lain-lain.
  • Tahap kuratif: bertujuan untuk menyembuhkan atau mengurangi gejala dan dampak gangguan jiwa atau masalah kejiwaan pada individu yang sudah terdiagnosis. Tahap ini meliputi upaya-upaya seperti pemeriksaan dan diagnosis (assessment and diagnosis), pengobatan (treatment), rehabilitasi (rehabilitation), dan pemulihan (recovery).
  • Tahap rehabilitatif: bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan fungsi sosial individu yang sudah sembuh atau stabil dari gangguan jiwa atau masalah kejiwaan. Tahap ini meliputi upaya-upaya seperti bimbingan dan konseling (guidance and counseling), pelatihan keterampilan (skill training), bantuan hukum (legal aid), bantuan sosial (social assistance), dan reintegrasi sosial (social reintegration).

Penanganan ODGJ dan ODMK harus dilakukan sesuai dengan kondisi, kebutuhan, dan hak-hak penderita. Penanganan ODGJ dan ODMK juga harus menghormati martabat, privasi, dan kesejahteraan penderita. Penanganan ODGJ dan ODMK tidak boleh dilakukan dengan cara-cara yang tidak manusiawi, seperti penyalahgunaan kekuasaan, kekerasan, diskriminasi, pengekangan, pasung, atau pengucilan.

Baca Juga:  Menu Sarapan Sehat Penuh Energi untuk Pelajar dan Anak Kost serta Alternatif Pengganti Mie Instan

Apa Saja Jenis-Jenis ODGJ?

Jenis-jenis ODGJ sangat beragam, tergantung pada gejala, penyebab, durasi, frekuensi, intensitas, dan dampak yang dialami oleh penderita. Namun, secara umum, jenis-jenis ODGJ dapat dibagi menjadi beberapa kelompok besar berikut:

  • Gangguan psikotik: adalah gangguan jiwa yang ditandai oleh gangguan persepsi (seperti halusinasi) dan gangguan pikiran (seperti delusi atau waham). Contoh gangguan psikotik adalah skizofrenia, gangguan bipolar, gangguan psikotik akut, dan gangguan psikotik akibat zat.
  • Gangguan mood: adalah gangguan jiwa yang ditandai oleh gangguan suasana hati (mood) yang ekstrem, baik ke arah depresi maupun mania. Contoh gangguan mood adalah depresi mayor, distimia, siklotimia, dan gangguan bipolar.
  • Gangguan kecemasan: adalah gangguan jiwa yang ditandai oleh rasa cemas atau khawatir yang berlebihan dan tidak rasional terhadap sesuatu yang sebenarnya tidak berbahaya. Contoh gangguan kecemasan adalah gangguan kecemasan umum, fobia spesifik, fobia sosial, gangguan panik, agorafobia, dan gangguan stres pascatrauma.
  • Gangguan obsesif-kompulsif: adalah gangguan jiwa yang ditandai oleh adanya pikiran atau perasaan yang mengganggu dan sulit dihilangkan (obsesi) serta perilaku atau ritual yang berulang-ulang untuk mengurangi rasa cemas akibat obsesi tersebut (kompulsi). Contoh gangguan obsesif-kompulsif adalah OCD tipe pencemaran-kontaminasi, OCD tipe simetri-ketertiban, OCD tipe keraguan-pengecekan, OCD tipe penghitungan-mengulang-ulang, OCD tipe agresif-religius-seksual.
  • Gangguan somatoform: adalah gangguan jiwa yang ditandai oleh adanya keluhan fisik atau tubuh yang tidak dapat dijelaskan secara medis. Contoh gangguan somatoform adalah somatisasi, konversi, hipokondriasis, dismorfia tubuh, dan nyeri psikogenik.
  • Gangguan disosiatif: adalah gangguan jiwa yang ditandai oleh adanya perpecahan atau pemisahan antara identitas diri, ingatan, kesadaran, atau persepsi. Contoh gangguan disosiatif adalah amnesia disosiatif, fugue disosiatif, depersonalisasi-derealisa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *