Fokus Kesehatan – Sudahkah Anda mengenal apa itu disentri? Disentri adalah penyakit menular akibat infeksi pada usus yang ditandai dengan diare berat. Penderita disentri membutuhkan penanganan dengan segera guna menghindari terjadinya komplikasi yang lebih serius. Pasalnya, komplikasi disentri tidak hanya menyerang sistem pencernaan, tetapi juga dapat berdampak pada bagian tubuh lainnya.
Sebagai upaya pencegahan dini, mari kenali penyakit disentri lebih jauh melalui ulasan di bawah ini.
Daftar Isi
Apa itu Disentri?
Disentri atau dysentery adalah gangguan pencernaan yang ditandai dengan diare disertai lendir atau darah karena peradangan atau infeksi pada usus. Berdasarkan penyebabnya, disentri terbagi menjadi dua jenis yaitu disentri basiler (disebabkan oleh bakteri Shigella, Salmonella, E. coli) dan disentri amoeba (disebabkan oleh Entamoeba histolytica, B. coli).
Disentri adalah penyakit menular yang dapat menyebar melalui makanan dan minuman atau kontak langsung dengan benda yang terkontaminasi bakteri penyebab disentri.
Disentri dapat dialami oleh berbagai kalangan usia, namun lebih sering menyerang anak-anak. Penyakit ini paling banyak ditemukan di negara berkembang, negara tropis, dan subtropis. Menurut WHO, terdapat 165 juta kasus disentri di seluruh dunia akibat bakteri Shigella setiap tahunnya.
Penyebab Disentri
Disentri umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri atau amoeba. Di mana bakteri dan amoeba tersebut dapat menular melalui beberapa hal seperti:
- Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah buang air besar.
- Memegang benda atau bagian tubuh yang telah terpapar bakteri penyebab disentri.
- Mengonsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi bakteri penyebab disentri.
- Berenang di air yang tercemar bakteri atau amoeba penyebab disentri, baik di kolam renang, sungai maupun danau.
Disentri tergolong dalam penyakit yang mudah menular, sehingga potensi penyebarannya akan semakin tinggi di tempat yang padat penduduk, seperti pusat penitipan anak, sekolah, panti jompo, pengungsian, dan tempat-tempat dengan sanitasi buruk.
Selain beberapa hal di atas, sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena disentri adalah:
- Balita, terutama yang berusia 2-4 tahun.
- Tinggal di daerah pemukiman padat penduduk.
- Melakukan seks anal.
- Bepergian ke daerah yang memiliki sanitasi buruk.
- Menggunakan pupuk tanaman dari kotoran manusia.
- Tinggal di daerah yang ketersediaan air bersihnya sangat terbatas.
Gejala Disentri
Gejala disentri umumnya muncul 1-3 hari setelah penderitanya terinfeksi, atau bahkan dalam waktu yang lebih lama lagi. Namun, terdapat pula kasus di mana penderitanya tidak merasakan gejala sama sekali.
Meskipun begitu, terdapat sejumlah gejala umum yang muncul akibat disentri basiler, antara lain:
- Demam.
- Mual dan muntah.
- Diare yang dapat disertai lendir atau darah.
- Kram perut.
Sementara itu, disentri amoeba biasanya tidak memunculkan gejala tertentu. Namun pada beberapa kasus, gejalanya baru muncul empat minggu setelah penderitanya terinfeksi. Adapun sejumlah gejala yang perlu diwaspadai yaitu:
- Penurunan berat badan.
- Demam.
- Mual.
- Kram perut.
- Diare yang dapat disertai darah atau lendir.
Diagnosis Disentri
Hal pertama yang dilakukan oleh dokter untuk menegakkan diagnosis disentri adalah dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pasien terkait gejala dan riwayat kesehatannya. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik.
Kemudian dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang seperti:
- Pemeriksaan sampel feses.
- Tes darah.
- USG.
Komplikasi Disentri
Disentri adalah penyakit yang dapat berkembang menjadi kondisi serius apabila tidak segera mendapatkan penanganan secara tepat. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat disentri adalah sebagai berikut:
1. Dehidrasi
Komplikasi yang paling sering terjadi pada penderita disentri adalah dehidrasi. Diare yang berkepanjangan akibat disentri menyebabkan tubuh kehilangan cairan. Cairan tubuh yang tidak terpenuhi dapat menimbulkan komplikasi berupa dehidrasi berat. Dehidrasi berat termasuk dalam komplikasi yang berbahaya, terutama pada lansia dan anak-anak.
2. Kejang
Disentri yang menyerang anak-anak sering kali menyebabkan komplikasi berupa kejang. Hingga saat ini belum diketahui secara pasti tentang penyebab kejang pada anak-anak penderita disentri. Ada kemungkinan kejang disebabkan oleh ketidakseimbangan elektrolit dalam tubuh. Namun, kondisi ini dapat hilang dengan sendirinya.
3. Abses
Penyakit disentri yang tidak ditangani secara tepat juga dapat menyebabkan abses, baik itu abses hati, jantung, atau paru-paru. Pasalnya, infeksi amoeba dapat menyebar hingga organ-organ tersebut. Inilah mengapa diperlukan penanganan sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya penyebaran.
4. Komplikasi Lainnya
Selain kondisi-kondisi di atas, beberapa komplikasi lain yang dapat terjadi akibat disentri adalah sebagai berikut:
- Kekurangan kalium.
- Kekurangan nutrisi.
- Arthritis (radang sendi).
- Prolaps rektum.
- Sepsis (masalah kesehatan akibat reaksi tubuh terhadap infeksi yang terjadi pada darah dan menyebar ke seluruh tubuh).
- Sindrom uremik hemolitik.
Cara Mengobati Disentri
Disentri dengan gejala ringan biasanya akan pulih dengan sendirinya meski tanpa pengobatan khusus. Namun, penderita disentri wajib memperbanyak asupan cairan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang akibat diare.
Sementara itu, bagi pasien yang membutuhkan perawatan biasanya akan menjalani beberapa pengobatan berikut ini:
- Antibiotik: Pemberian antibiotik bertujuan untuk melawan bakteri penyebab disentri. Obat ini harus dihabiskan sekalipun Anda sudah merasa membaik atau sembuh untuk mencegah resistensi.
- Memperbanyak minum air dan oralit: Pengobatan ini bertujuan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang akibat diare. Larutan oralit bisa dikonsumsi oleh anak-anak. Meski begitu, perlu diingat bahwa oralit bukanlah untuk menyembuhkan disentri tetapi membantu mencegah terjadinya dehidrasi dan mengembalikan kadar elektrolit yang hilang.
- Pemberian cairan infus: Pasien disentri yang mengalami dehidrasi berat membutuhkan penanganan dengan segera sehingga dokter biasanya akan memberikan cairan infus. Hidrasi melalui infus dapat memenuhi kebutuhan cairan tubuh dengan cepat.
Disentri tidak hanya mudah menular, tetapi juga berisiko menimbulkan komplikasi berbahaya. Apabila Anda mengalami gejala-gejala di atas dan tidak kunjung membaik, segera konsultasikan dengan dokter