Konflik antara Palestina dan Israel adalah salah satu isu yang paling rumit dan berkepanjangan di dunia. Sudah lebih dari 70 tahun, kedua belah pihak terlibat dalam pertempuran sengit, baik secara militer maupun diplomasi, untuk memperebutkan tanah yang sama. Namun, apa sebenarnya penyebab dan akar masalah dari konflik ini? Bagaimana sejarah dan perkembangan konflik ini? Dan apa solusi yang mungkin untuk mengakhiri konflik ini?
Dalam artikel ini, kita akan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan mengulas beberapa aspek penting yang berkaitan dengan konflik Palestina-Israel, yaitu:
- Latar belakang historis dan geografis konflik Palestina-Israel
- Faktor-faktor yang memicu dan memperparah konflik Palestina-Israel
- Dampak-dampak konflik Palestina-Israel bagi kedua belah pihak dan dunia internasional
- Upaya-upaya penyelesaian konflik Palestina-Israel dan tantangan-tantangannya
Daftar Isi
Latar Belakang Historis dan Geografis Konflik Palestina-Israel
Konflik Palestina-Israel bermula dari klaim atas tanah yang sama, yaitu wilayah geografis yang terletak di antara Laut Mediterania dan Sungai Yordan. Wilayah ini memiliki sejarah yang panjang dan kaya, serta menjadi tempat suci bagi tiga agama monoteis besar, yaitu Yahudi, Kristen, dan Islam.
Sebelum abad ke-20, wilayah ini dikenal sebagai Palestina, dan merupakan bagian dari Kekaisaran Ottoman. Penduduknya mayoritas beragama Islam, dengan minoritas Yahudi dan Kristen. Pada tahun 1917, Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour, yang menyatakan dukungan Inggris untuk pembentukan “tanah air nasional” bagi bangsa Yahudi di Palestina. Deklarasi ini dipicu oleh gerakan Zionis, yaitu gerakan nasionalis Yahudi yang ingin mendirikan negara Yahudi di tanah leluhur mereka.
Pada tahun 1920, setelah Perang Dunia I berakhir, Inggris mendapatkan mandat dari Liga Bangsa-Bangsa untuk mengelola Palestina. Namun, Inggris menghadapi tantangan besar untuk memenuhi janjinya kepada bangsa Yahudi, sekaligus menjaga kepentingan dan hak-hak penduduk Arab di Palestina. Selama beberapa dekade, terjadi banyak bentrokan dan pemberontakan antara Yahudi dan Arab di Palestina, yang semakin memanas seiring dengan meningkatnya imigrasi Yahudi ke wilayah tersebut.
Pada tahun 1947, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengusulkan rencana pembagian Palestina menjadi dua negara merdeka, yaitu negara Yahudi dan negara Arab. Rencana ini diterima oleh para pemimpin Yahudi, tetapi ditolak oleh para pemimpin Arab, yang merasa tidak adil karena mereka harus melepaskan sebagian besar tanah mereka kepada orang-orang asing. Rencana ini juga tidak mempertimbangkan hak-hak warga Palestina yang tinggal di wilayah yang dialokasikan untuk negara Yahudi.
Pada tanggal 14 Mei 1948, sehari sebelum mandat Inggris berakhir, para pemimpin Yahudi mendeklarasikan berdirinya negara Israel. Hal ini memicu perang antara Israel dan negara-negara Arab tetangganya, yaitu Mesir, Suriah, Yordania, Lebanon, dan Irak. Perang ini berlangsung selama satu tahun, dan berakhir dengan gencatan senjata pada tahun 1949. Hasilnya, Israel berhasil mempertahankan kemerdekaannya, dan bahkan menguasai lebih banyak wilayah daripada yang diberikan oleh rencana PBB. Sementara itu, wilayah Palestina yang tersisa dibagi menjadi dua bagian: Tepi Barat (West Bank), yang dikuasai oleh Yordania; dan Jalur Gaza (Gaza Strip), yang dikuasai oleh Mesir.
Perang ini juga menyebabkan krisis kemanusiaan yang besar, yaitu pengungsian sekitar 700.000 warga Palestina dari rumah-rumah mereka, baik karena dipaksa oleh pasukan Israel, maupun karena ketakutan dan kebingungan. Sebagian besar pengungsi Palestina tidak dapat kembali ke rumah mereka, dan hidup dalam kondisi miskin dan sengsara di kamp-kamp pengungsian di Tepi Barat, Jalur Gaza, Yordania, Lebanon, dan Suriah. Mereka juga tidak mendapatkan kewarganegaraan atau hak-hak sipil dari negara-negara tempat mereka tinggal. Hingga saat ini, jumlah pengungsi Palestina dan keturunan mereka mencapai sekitar 5 juta orang.
Faktor-Faktor yang Memicu dan Memperparah Konflik Palestina-Israel
Konflik Palestina-Israel tidak berhenti pada tahun 1949. Sejak saat itu, terjadi beberapa perang dan konflik lain antara Israel dan negara-negara Arab, serta antara Israel dan kelompok-kelompok militan Palestina. Beberapa perang dan konflik yang paling penting adalah:
- Perang Suez (1956), ketika Israel, Inggris, dan Prancis menyerang Mesir untuk merebut kembali Terusan Suez yang dinasionalisasi oleh Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser. Perang ini berakhir dengan tekanan dari Amerika Serikat dan Uni Soviet, yang memaksa Israel untuk mundur dari Sinai.
- Perang Enam Hari (1967), ketika Israel menyerang Mesir, Suriah, dan Yordania secara preventif, karena merasa terancam oleh persiapan perang dari negara-negara Arab tersebut. Perang ini berakhir dengan kemenangan mutlak Israel, yang berhasil merebut Sinai dari Mesir, Dataran Tinggi Golan dari Suriah, dan Tepi Barat dan Yerusalem Timur dari Yordania. Perang ini juga menyebabkan pengungsian lebih dari 300.000 warga Palestina dari Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
- Perang Yom Kippur (1973), ketika Mesir dan Suriah menyerang Israel secara mendadak pada hari raya Yahudi Yom Kippur, untuk merebut kembali wilayah yang hilang pada tahun 1967. Perang ini berlangsung selama tiga minggu, dan berakhir dengan gencatan senjata yang disponsori oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet. Perang ini mengakibatkan korban jiwa yang besar di kedua belah pihak, dan menimbulkan krisis minyak global.
- Intifadhah Pertama (1987-1993), ketika warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza melakukan pemberontakan sipil melawan pendudukan Israel. Intifadhah ini dipimpin oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang dipimpin oleh Yasser Arafat. Intifadhah ini berakhir dengan Kesepakatan Oslo (1993), yang merupakan perjanjian damai antara Israel dan PLO, yang mengakui hak-hak Palestina untuk otonomi terbatas di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
- Intifadhah Kedua (2000-2005), ketika warga Palestina kembali melakukan pemberontakan melawan Israel, karena merasa kecewa dengan pelaksanaan Kesepakatan Oslo. Intifadhah ini lebih keras dan lebih berdarah daripada intifadhah pertama, karena melibatkan serangan bom bunuh diri oleh kelompok-kelompok militan Palestina seperti Hamas dan Jihad Islam. Intifadhah ini berakhir dengan Rencana Jalan Menuju Perdamaian (2003), yang merupakan inisiatif internasional untuk mengakhiri konflik dengan menerapkan solusi dua negara.
- Perang Lebanon Kedua (2006), ketika Israel menyerang Lebanon untuk menghentikan serangan roket oleh kelompok militan Syiah Hizbullah, yang didukung oleh Iran dan Suriah. Perang ini berlangsung selama 34 hari, dan berakhir dengan gencatan senjata yang disponsori oleh PBB. Perang ini menyebabkan kerusakan besar di Lebanon, serta korban jiwa di kedua belah pihak.
- Perang Gaza (2008-2009, 2012, 2014, 2021), ketika Israel menyerang Jalur Gaza untuk menghentikan serangan roket oleh Hamas, yang menguasai Jalur Gaza sejak tahun 2007. Perang-perang ini berlangsung selama beberapa minggu, dan berakhir dengan gencatan senjata yang tidak resmi. Perang-perang ini menyebabkan korban jiwa dan luka-luka yang besar di kalangan warga sipil Palestina, serta kerusakan infrastruktur dan kemanusiaan yang parah di Jalur Gaza.