Ular Tanah Banten adalah salah satu legenda yang penuh dengan pesan moral, mengisahkan tentang asal mula sebuah danau yang kini dikenal sebagai Cikaputrian. Legenda ini mengajarkan kita untuk selalu rendah hati dan tidak bersikap sombong terhadap sesama. Mari kita simak kisah yang menarik dan sarat akan pelajaran hidup ini.
Kisah Sang Putri Raja dan Danau Cikaputrian
Dahulu kala, hiduplah seorang putri raja yang dikaruniai wajah yang luar biasa cantik. Kecantikan putri ini begitu memukau sehingga semua orang yang melihatnya akan terpesona. Namun sayangnya, kecantikan luar tidak selamanya mencerminkan kebaikan hati. Sang putri, meskipun cantik rupa, memiliki tabiat yang sangat buruk. Ia terkenal dengan sifatnya yang manja, pemalas, dan yang paling menonjol adalah kesombongannya.
Sebagai putri raja, ia merasa bahwa dirinya layak mendapatkan apapun yang diinginkannya. Ketika sang putri menginginkan sebuah puri, ia memaksa ayahnya, sang raja, untuk membangunkannya di kaki gunung. Puri itu tidak hanya megah, tetapi juga dilengkapi dengan taman yang indah serta sebuah danau yang airnya sangat jernih. Danau ini sering dijadikan tempat oleh sang putri untuk bercermin, mengagumi kecantikannya sendiri.
Pertemuan dengan Perempuan Tua
Suatu hari, saat sang putri sedang mandi di danau, seorang perempuan tua berpakaian compang-camping tiba-tiba muncul di tepi danau. Perempuan tua ini tampak ingin mencuci muka atau mungkin mandi di danau tersebut. Melihat hal itu, sang putri sangat terkejut dan segera mendekati perempuan tua itu dengan marah.
Dengan suara lantang, sang putri berkata, “Hei, perempuan tua! Apa yang kau lakukan di sini? Apakah kau tidak tahu bahwa danau ini adalah milikku? Danau ini hanya untukku, seorang putri raja, bukan untuk perempuan sepertimu!”
Perempuan tua itu tetap diam, tetapi bibirnya tampak gemetar, seolah menahan amarah. Namun, sang putri tidak peduli. Ia terus menghardik dengan kata-kata kasar, menyuruh perempuan tua itu untuk pergi karena takut air danau akan kotor oleh tubuhnya.
Kutukan yang Mengubah Nasib
Mendengar perkataan kasar dari sang putri, perempuan tua itu akhirnya berbicara. “Betapa sombongnya dirimu, Putri. Apakah karena kau putri raja, lantas kau bebas merendahkan orang lain? Meskipun kau adalah seorang putri, kau tetaplah manusia yang seharusnya berperilaku baik.”
Sang putri yang semakin marah, menanggapi dengan kasar, “Aku bisa melakukan apapun yang aku mau! Pergilah engkau, perempuan dekil!”
Tak lama setelah kata-kata itu keluar dari mulutnya, sesuatu yang luar biasa terjadi. Langit tiba-tiba menjadi gelap, awan mendung bergulung-gulung, dan petir menyambar tubuh sang putri. Dalam sekejap, tubuhnya berubah menjadi seekor ular hitam berbisa.
Sang putri raja telah terkena kutukan. Wujudnya berubah menjadi ular karena kesombongannya. Ular itu terlihat sangat sedih, airmatanya bercucuran, menandakan penyesalan yang mendalam. Namun, sudah terlambat untuk menyesal. Wujudnya tidak akan pernah kembali seperti semula. Suara dari langit terdengar, “Karena kesombonganmu, engkau tidak pantas menjadi manusia. Engkau akan hidup sebagai ular berbisa untuk selama-lamanya.”
Dengan perasaan malu dan penuh penyesalan, ular hitam itu masuk ke dalam danau dan bersembunyi di dasar danau. Sejak saat itu, danau tersebut dikenal sebagai Cikaputrian, yang berarti danau tempat sang putri mandi.
Pesan Moral: Hindari Kesombongan
Legenda Ular Tanah Banten ini mengingatkan kita akan bahaya kesombongan. Kesombongan bisa menghancurkan diri kita sendiri dan membuat kita kehilangan apa yang paling berharga. Oleh karena itu, selalu rendah hati dan bersikap baik kepada orang lain, apapun latar belakang kita.