Marhaenisme adalah ideologi yang dikembangkan oleh Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno, dari pemikiran Marxisme yang diterapkan sesuai dengan ciri kebudayaan Republik Indonesia baru diperintahnya. Marhaenisme merupakan suatu pemikiran yang dianggap menentang penindasan manusia atas manusia dan bangsa atas bangsa
Perbedaan Marhaenisme dengan Marxisme
Marhaenisme dan Marxisme memiliki beberapa persamaan, yaitu:
- Keduanya merupakan teori perjuangan melawan belenggu imperialisme dan kolonialisme.
- Keduanya merupakan teori ekonomi dan sejarah.
Namun, marhaenisme juga memiliki beberapa perbedaan dengan marxisme, yaitu:
- Konsep perjuangan kelas ala Marxian tidak relevan dengan konteks masyarakat Indonesia saat itu, karena kelas proletar yang menjadi pelopor revolusi sosial alam teori revolusi komunis belum terbentuk di Hindia Belanda, feodalisme masih kental menyelimuti masyarakat.
- Kemiskinan yang terjadi bukan murni dari kapitalisme, tapi akibat dari penjajahan ratusan tahun, perjuangan kelas harus digantikan dengan perjuangan kemerdekaan.
- Dalam marhaenisme Soekarno menyingkirkan peran monopoli kelas proletar untuk digantikan oleh kaum marhaen. Marhaen adalah kaum miskin Indonesia, yang berbeda dengan proletar, marhaen masih memiliki alat-alat produksi, walau sekala kecil.
Relevansi Marhaenisme di Masa Kini
Marhaenisme masih relevan untuk dijadikan ideologi politik di masa kini, karena pada masa kini terbilang sedang berada di masa imperialis kapitalis. Hal ini dapat dilihat dari adanya beberapa corporate atau investor asing yang coba untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Namun, beberapa investor asing ini berupaya untuk merubah kebijakan-kebijakan pemerintah yang menurut mereka akan merugikan nantinya.
Salah satu contoh kasus yang terjadi pada masa sekarang adalah Rencana pembangunan kawasan Rempang Eco City. Pembangunan kawasan ini ditargetkan bisa menarik investasi hingga Rp 381 triliun pada tahun 2080. Kawasan Rempang juga akan menjadi lokasi pabrik kaca terbesar kedua di dunia milik perusahaan China Xinyi Group.
Namun, pembangunan ini membuat kerugian besar bagi para penduduk asli yang tinggal di daerah rempang tersebut. Penduduk di daerah tersebut dipaksa untuk segera mengosongkan pulau tersebut. Tetapi pemerintah tidak memberikan solusi yang tepat bagi para warga untuk mengalokasikan diri mereka kemana.
Hal ini menunjukkan bahwa imperialisme dan kapitalisme masih terjadi di Indonesia sekarang. Oleh karena itu, marhaenisme dapat hadir sebagai ideologi politik yang digunakan untuk upaya perjuangan melawan belenggu imperialisme dan kapitalisme yang ada.
Kesimpulan
Marhaenisme merupakan ideologi yang masih relevan untuk dijadikan ideologi politik di masa kini. Marhaenisme dapat digunakan sebagai upaya perjuangan melawan belenggu imperialisme dan kapitalisme yang masih terjadi di Indonesia.
Penulis: Steven Immanuel Manurung, Mahasiswa semester 1 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Prodi Ilmu Komunikasi.