BantenKabupaten Pandeglang

Misteri Keramat Gunung Karang Pandeglang Banten

×

Misteri Keramat Gunung Karang Pandeglang Banten

Sebarkan artikel ini

FOKUS.CO.ID – Letak Gunung Karang yang berada tidak jauh dari pusat kota Pandeglang, menjadi pemandangan sangat indah. Bagi warga Banten tentu sudah tahu akan cerita keramat yang terdapat di Gunung Karang.

Gunung Karang adalah sebuah gunung berapi kerucut yang terletak di Kabupaten Pandeglang, Banten, Indonesia. Gunung ini masuk kedalam kelompok Stratovolcano yang memiliki potensi meletus. Gunung Karang memiliki ketinggian 1.778 meter di atas permukaan laut dengan puncaknya yang bernama Sumur Tujuh. Gunung Karang merupakan gunung tertinggi di Provinsi Banten. Selain itu, gunung ini juga menjadi lokasi wisata ziarah favorit di Banten.

Pendakian Gunung Karang

Gunung Karang saat ini telah dilirik oleh banyak orang untuk melakukan kegiatan pendakian, walau gunung ini terbilang tidak terlalu tinggi namun tantangan dalam menyusuri jalan menuju puncak menjadi tantangan tersendiri. Pada umumnya jalur pendakian Gunung Karang yang diketahui ada 2 jalur, yang pertama melewati Desa Kaduengang, yang kedua Jalur Pagerwatu/Ciekek. Namun apabila melihat pendakian dalam rangka wisata ziarah, ada jalur lain yaitu Jalur Curug Nangka/Ciomas.

Kaduengang

Jalur Kaduengang merupakan jalur pendakian paling digemari oleh para pendaki karena trek menuju puncak lebih pendek namun memiliki trek begitu menantang.

Di dusun ini juga para pendaki dapat melihat indahnya gemerlap kota Serang dan Pelabuhan Merak. Waktu tempuh dari Kaduengang biasanya akan mengahabiskan 4 – 6 jam untuk mencapai Puncak Sumur Tujuh tergantung kondisi cuacanya.

Setelah anda datang ke Dusun Kaduengang, pendakian dimulai dengan jalan desa yang menanjak, pos 1 ditandai dengan adanya menara tower dekat rumah salah satu sesepuh yang dapat pendaki minta untuk memimpin berziarah, karena sebelum melanjutkan pendakian disarankan agar berziarah terlebih dahulu ke makam Pangeran TB. Jaya Raksa, makam tersebut berada tepat di sebelah kanan jalur pendakian.

  1. Pos 1 (Cengkih)
  2. Pos 2 (Tanah Petir)
  3. Pos 3 (Anggrek)
  4. Pagerwatu/Ciekek, Jalur Selatan

Jalur Pagerwatu/Ciekek

Jalur Pagerwatu/Ciekek tidak terlalu menjadi favorit bagi para pendaki, walaupun kondisi trek dari jalur ini cukup lebih landai daripada via Kaduengang namun membutuhkan waktu yang lebih lama sekitar 7 – 8 jam untuk menuju puncak.

Curug Nangka/Ciomas

Jalur ini sangat tidak populer bagi para pendaki, karena jalur ini merupakan jalur para peziarah yang akan menuju Puncak Gunung Karang. jalur ini cukup jauh karena dimulai dari bawah lereng dan memerlukan waktu sekitar 20 jam – 1 hari perjalanan untuk mencapai puncak.

Legenda dan Sejarah Gunung Karang Pandeglang Banten

Gunung Karang menyimpan banyak misteri, serta sebagai tempat keramat. Banyak orang datang bukan hanya dari Banten namun dari berbagai daerah, yang bertujuan ziarah.

Selain dipercaya menyimpan banyak misteri, Gunung Karang memiliki tempat keramat peninggalan Sultan Maulana Hasanudin, Sultan pertama Banten.

Gunung Karang sering menjadi tujuan wisata religi dari berbagai daerah selain Banten. Banyak yang mempercayai karomahnya keramat dari sumur tujuh

Yang membuat takjub, keberadaan sumur tujuh yang berada di puncak Gunung Karang, yang dengan ketinggian 1.778 MBPL diatas permukaan laut.

Wisata Gunung Karang Pandeglang

Dilansir FOKUS.CO.ID dari YouTube Jejak Para Wali, konon terbentuknya sumur tujuh setelah Sultan Maulana Hasanudin dan Prabu Pucuk Umun bertarung berhari-hari kemudian merasa haus. Kemudian beliau bermunajat kepada Allah lalu keluarlah air dari tongkat yang ditancapkan.

Selain sumur tujuh, ada benda yang dikeramatkan yaitu, batu Menhir, Petilasan Sultan Maulana Hasanudin,makam Syeh Rako, dan makam Syeh Karan.

Cerita mistis Gunung Karang Pandeglang

Menurut warga Pandeglang,Gunung karang akan aman karena dijaga para Aulia dan para wali, sehingga diyakini akan dijauhkan dari bencana.

Banten diera tahun 1500 Masehi, dikuasai kerjaan Hindu dibawah pimpinan empat orang raja yang sangat terkenal dengan kesaktiannya. Karena pada saat itu siapa yang kuat ialah yang berkuasa.

Pada jaman itu, pasukan Portugis dan Inggris dengan mudah masuk kawasan Banten, karena pada saat itu ditempati orang-orang yang belum mengenal Allah.

Tahun 1526, Kerajaan Demak mengurus Sunan Gunung jati dari Cirebon bersama putranya Sultan Maulana Hasanudin, untuk segera pergi ke Banten.

Padahal pada saat itu belum ada kendaraan, namun atas ijin Allah jarak yang sangat jauh dapat ditempuh hanya sekitar satu jam.

Setibanya di Banten kedua utusan kerajaan Demak tersebut menuju Banten Girang, kemudian mendapat kabar jika di Banten ada kerajaan yang sangat kokoh di Banten.

Kerajaan Banten tersebut dikuasai 4 orang raja yang bernama, Raja Sima, Raja Darah, Raja Brahma, Raja Ghanesa. Setelah melihat ke 4 raja yang sangat kuat, keduanya berpikir keras untuk mencari cara agar bisa mengalahkannya, dan meng Islamkan Banten.

Gunung Karang Sumur 7

Pada akhirnya Sunan Gunung Jati bermunajat kepada Allah, kemudian menuju ke Gunung Pulo Sari, setiba di puncak ternyata itu adalah masuk kekuasaan ke 4 raja tersebut.

Sunan Gunung Jati, melakukan munajat kembali dan mendapat wangsit untuk segera pergi ke Gunung Karang.

Dalam perjalanan melihat pertama dan Sunan Gunung Jati menyapa, dan membuka matanya, dan terjadilah adu kekuatan mata antara keduanya, hingga adu kekuatan batin hingga 7 hari dan akhirnya orang tersebut tumbang.

Pertapa tersebut bernama Brata Guru Sampang, yang kemudian masuk Islam, atas bimbingan Sunan Gunung Jati, dan berjanji tidak ingin mengurusi Gunung Karang lagi dan ingin hijrah ke tempat lain.

Sunan Gunung Jati memerintahkan Sultan Maulana Hasanudin untuk bertapa diatas batu hitam, berukuran 2 meter persegi, yang diberi nama Batu Gigilang.

Wisata Alam Gunung Karang banten

Namun disertai syarat agar lulus dari tapanya yaitu, harus menghilangkan keangkuhan dalam dirinya, dan meyakini dalam hati bahwa alam semesta dan isinya hanya miliki Allah SWT.

Jika Batu Gigilang terangkat dengan sendirinya maka itu pertanda sudah lulus dari semedi atau bertapanya.maka Sultan Maulana Hasanudin bertapa tanpa waktu yang di tentukan.

Dengan kehadiran Brata Guru Sampang yang sudah memeluk Islam, maka Batu Gigilang tersebut terangkat, maka pertapaannya sudah lulus, dan batu tersebutpun berubah menjadi Batu Pancawarna.

Sunan Gunung Jati memerintahkan putranya pergi ke Banten Girang, untuk melawan Raja Banten dengan memanfaatkan Batu Gigilang.

Saung Biru Gunung Karang Pandeglang

Sunan Gunung Jati memberitahu jika kekuatan Banten di dapat dari Batu tersebut, konon jika ingin menjadi Raja Banten jika Batu tersebut tidak ditangannya maka tidak akan diakui oleh siapapun.

Hanya dengan membawa Batu Gigilang dan dibantu sedikit tentara dari Demak, Sultan Maulana Hasanudin berangkat ke Banten Girang, Namaun karena kekuatan pasukan musuh, maka Sultan Maulana Hasanudin Hampir kalah.

Kemudian ia menghadap ke Gunung Karang dan bermunajat kepada Allah, atas ijin Allah tiba-tiba muncul dua elemen dahsyat yaitu air dan angin.

Air yang turun dari Gunung Karang menyebar ke dua arah, satu ke arah barat dan yang satunya kevkarang antu.dan elemen angin yang muncul dari daerah pasir angin datang dan menghantam kerajaan Banten

Pada akhirnya Sultan Maulana Hasanudin berhasil menjatuhkan 4 Raja Sakti Banten, beserta kerajaannya, dan dimulailah penyebaran agama Islam di tanah Banten.

Kemudian tahun 1552 m hingga 1570 Sultan Maulana Hasanudin diangkat menjadi Sultan pertama di Banten.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *