Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menyampaikan risalah Islam kepada seluruh umat manusia. Beliau adalah penghulu para nabi dan rasul, serta teladan bagi seluruh umatnya. Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan kepada beliau berbagai mukjizat atau keistimewaan yang menunjukkan kebenaran kenabian dan kerasulannya.
Daftar Isi
Mukjizat adalah perkara luar biasa yang dilakukan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala melalui para nabi dan rasul-Nya sebagai bukti dan hujjah bagi mereka di hadapan kaumnya. Mukjizat juga berfungsi sebagai penolong dan pendukung bagi para nabi dan rasul dalam menjalankan tugas dakwah mereka.
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam memiliki banyak mukjizat yang telah diriwayatkan oleh para sahabat dan ulama dalam Al-Qur’an dan hadits. Di antara mukjizat-mukjizat beliau yang paling terkenal adalah:
Al-Qur’an Al-Karim
Al-Qur’an Al-Karim adalah mukjizat terbesar yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Al-Qur’an adalah kalam Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang diturunkan kepada beliau melalui perantaraan Malaikat Jibril Alaihissalam selama 23 tahun.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang mengandung ajaran-ajaran Islam yang sempurna dan universal untuk seluruh umat manusia. Al-Qur’an juga merupakan sumber hukum, petunjuk, rahmat, penyembuh, penawar, dan mukjizat bagi orang-orang yang beriman.
Al-Qur’an memiliki keistimewaan dan keajaiban yang tidak dapat ditandingi oleh makhluk apapun. Di antara keistimewaan dan keajaiban Al-Qur’an adalah:
- Keindahan bahasa dan gaya bahasanya yang tidak ada bandingannya.
- Keaslian dan kesucian isi kandungannya yang tidak mengalami perubahan atau penyimpangan sejak diturunkan hingga akhir zaman.
- Kebenaran dan ketepatan informasi-informasinya tentang hal-hal ghaib, masa lalu, masa kini, masa depan, ilmu pengetahuan, sejarah, peradaban, dan lain-lain.
- Konsistensi dan kesesuaian antara ayat-ayatnya yang tidak ada pertentangan atau kontradiksi di antaranya.
- Kedahsyatan dan kekuatan pengaruhnya terhadap hati, jiwa, akal, dan perasaan manusia.
- Kemudahan dan kelapangan dalam mempelajari, menghafal, membaca, memahami, dan mengamalkannya.
- Keseimbangan dan keserasian antara syariat dan hakikatnya, antara lahir dan batinnya, antara dunia dan akhiratnya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Dan sesungguhnya Al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruhul Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan dengan bahasa Arab yang jelas. (QS. Asy-Syuara: 192-195)
Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga menantang manusia dan jin untuk membuat sesuatu yang semisal dengan Al-Qur’an atau sepuluh surat atau satu surat yang semisal dengannya, tetapi mereka tidak akan mampu melakukannya sekalipun mereka saling membantu.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Katakanlah: “Sekiranya manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (QS. Al-Isra: 88)
Atau mereka mengatakan: “Dia (Muhammad) telah membuat-buatnya.” Katakanlah: “Maka datangkanlah sepuluh surat yang dibuat-buat semisal Al-Qur’an ini dan serulah siapa saja yang kamu sanggupi selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” (QS. Hud: 13)
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. (QS. Al-Baqarah: 23)
Bulan Terbelah
Bulan terbelah adalah salah satu mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang terjadi pada tahun ke-10 kenabian beliau. Peristiwa ini terjadi ketika orang-orang kafir Quraisy menantang beliau untuk menunjukkan mukjizat sebagai bukti kenabiannya.
Maka Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam menunjuk ke arah bulan dengan jari telunjuknya. Kemudian atas izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala, bulan terbelah menjadi dua bagian sehingga orang-orang dapat melihat celah di antara keduanya.
Peristiwa ini disaksikan oleh banyak orang, baik muslim maupun kafir, baik di Mekkah maupun di tempat-tempat lain. Peristiwa ini juga diriwayatkan oleh banyak sahabat dan ulama dalam hadits-hadits shahih.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrik) melihat sesuatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, “(Ini adalah) sihir yang terus-menerus.” (QS. Al-Qamar: 1-2)
Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, bahwa penduduk Mekkah pernah meminta kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam untuk menunjukkan kepada mereka mukjizat, dan beliau menunjukkan kepada mereka pemisahan bulan.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Bulan telah terbelah menjadi dua bagian pada zaman kami, dan Allah telah mengumpulkannya kembali. (HR. Muslim)
Air Memancar dari Jemari
Air memancar dari jemari adalah salah satu mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang terjadi pada beberapa kesempatan ketika beliau bersama para sahabatnya dalam keadaan kehausan atau kekurangan air.
Salah satu peristiwa yang paling terkenal adalah ketika beliau berada di Hudaibiyah bersama sekitar 1.400 sahabatnya. Mereka hanya memiliki sedikit air untuk minum dan berwudhu. Maka beliau meminta sebuah bejana berisi air dan meletakkan tangannya di dalamnya.
Kemudian air mulai mengalir dari sela-sela jemari beliau seperti mata air. Akhirnya semua sahabat dapat minum dan berwudhu dari air tersebut hingga puas.
Peristiwa ini diriwayatkan oleh banyak sahabat dan ulama dalam hadits-hadits shahih.
Imam Bukhari meriwaykan dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhu, bahwa pada hari Hudaibiyah, orang-orang menjadi sangat haus. Setelah Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam menyelesaikan wudhu, orang-orang bergegas menuju beliau.
Orang-orang mengatakan bahwa tidak punya air untuk wudhu atau minum kecuali sepanci air kecil yang tidak cukup untuk semuanya. Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam meletakkan tangannya ke dalam panci dan air mulai mengalir dari jari-jarinya seperti mata air. Akhirnya semua orang dapat minum dan wudhu. (HR. Bukhari)
Baca juga: Kisah Wafatnya Nabi Muhammad SAW dan Hadis-Hadis yang Menerangkannya
Imam Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Zaid Radhiyallahu Anhu, bahwa pada suatu hari, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam keluar untuk shalat subuh bersama para sahabatnya. Mereka tidak memiliki air untuk berwudhu.
Maka Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam meminta sebuah bejana berisi air dan meletakkan tangannya di dalamnya. Kemudian beliau bersabda: “Datanglah kalian dan berwudhulah dari karunia Allah.” Maka kami berwudhu dari air tersebut hingga selesai. (HR. Muslim)
Makanan Sedikit Cukup untuk Orang Banyak
Makanan sedikit cukup untuk orang banyak adalah salah satu mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang terjadi pada beberapa kesempatan ketika beliau bersama para sahabatnya dalam keadaan kelaparan atau kekurangan makanan.
Salah satu peristiwa yang paling terkenal adalah ketika beliau berada di Khandaq bersama sekitar 3.000 sahabatnya. Mereka hanya memiliki sedikit makanan yang terdiri dari beberapa biji kurma, sepotong roti, dan sepotong daging.
Maka beliau meminta makanan tersebut dibawa kepadanya dan meletakkannya di atas sebuah batu. Kemudian beliau memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan memberkati makanan tersebut dengan nama-Nya.
Bacajuga: Kisah Nabi Muhammad SAW Dalam Peristiwa Isra’ Mi’raj Hingga Sampai Ke Baitul Maqdis
Kemudian beliau memerintahkan para sahabat untuk mengambil makanan tersebut dengan tangan mereka dan memakannya. Maka mereka semua dapat makan dari makanan tersebut hingga kenyang. Bahkan setelah mereka selesai makan, makanan tersebut masih tersisa seperti semula.
Peristiwa ini diriwayatkan oleh banyak sahabat dan ulama dalam hadits-hadits shahih.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhu, bahwa pada hari Khandaq, kami menggali parit di sekitar Madinah. Kami merasa sangat lapar sehingga kami mengikat batu di perut kami.
Kemudian ada seorang sahabat yang datang kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dengan membawa sepotong roti dan sepotong daging. Beliau bersabda: “Siapa yang akan mengundang sepuluh orang untuk makan ini?” Maka aku berkata: “Aku akan mengundang mereka.” Lalu aku pergi dan mengundang sepuluh orang.
Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Lebih banyak lagi.” Maka aku pergi dan mengundang lebih banyak lagi hingga jumlah mereka mencapai tiga ratus orang. Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam meletakkan roti dan daging itu di atas sebuah batu dan memberkati makanan itu dengan nama Allah.
Kemudian beliau memerintahkan kami untuk mengambil makanan itu dengan tangan kami dan memakannya. Maka kami semua dapat makan hingga kenyang. Bahkan setelah kami selesai makan, kami melihat bahwa roti dan daging itu masih tersisa seperti semula. (HR. Bukhari)
Imam Muslim meriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu Anhu, bahwa pada hari Khandaq, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam melihat kami dalam keadaan lapar yang sangat parah. Beliau bersabda: “Siapa yang akan membawa makanan untuk kami?” Maka ada seorang sahabat yang datang dengan membawa beberapa biji kurma.
Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Tambahkanlah dengan sesuatu.” Maka ada seorang sahabat yang datang dengan membawa sepotong roti dan sepotong daging. Beliau bersabda: “Letakkanlah di atas batu ini.” Kemudian beliau memohon kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan memberkati makanan itu dengan nama-Nya.
Kemudian beliau memerintahkan kami untuk mengambil makanan itu dengan tangan kami dan memakannya. Maka kami semua dapat makan hingga kenyang. Bahkan setelah kami selesai makan, kami melihat bahwa kurma, roti, dan daging itu masih tersisa seperti semula. (HR. Muslim)
Doa Minta Hujan yang Langsung Dikabulkan
Doa minta hujan yang langsung dikabulkan adalah salah satu mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang terjadi pada beberapa kesempatan ketika beliau bersama para sahabatnya dalam keadaan kekeringan atau kesulitan air.
Salah satu peristiwa yang paling terkenal adalah ketika beliau berada di Madinah pada tahun ke-7 Hijriyah. Pada saat itu, Madinah mengalami kekeringan yang sangat parah sehingga tanaman-tanaman layu dan binatang-binatang mati.
Maka orang-orang datang kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan meminta beliau untuk berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar menurunkan hujan. Maka beliau naik ke mimbar dan memuji Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan bershalawat kepada beliau sendiri.
Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya dan berdoa: “Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami.” Maka sebelum beliau turun dari mimbar, langit menjadi gelap dengan awan dan hujan mulai turun dengan lebat.
Hujan itu terus turun selama seminggu penuh hingga orang-orang datang kembali kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan meminta beliau untuk berdoa agar hujan berhenti. Maka beliau naik ke mimbar dan memuji Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan bershalawat kepada beliau sendiri.
Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya dan berdoa: “Ya Allah, kelilingkanlah hujan dari kami. Ya Allah, kelilingkanlah hujan dari kami. Ya Allah, kelilingkanlah hujan dari kami.” Maka sebelum beliau turun dari mimbar, langit menjadi cerah kembali dan hujan berhenti.
Peristiwa ini diriwayatkan oleh banyak sahabat dan ulama dalam hadits-hadits shahih.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, bahwa pada suatu hari, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam menyampaikan khutbah kepada kami pada hari Jumat. Beliau melihat bahwa tanaman-tanaman telah layu karena tidak ada hujan.
Maka beliau berkata: “Apakah di antara kalian ada yang meminta kepada Allah agar menurunkan hujan?” Maka kami berkata: “Ya.” Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya dan berdoa: “Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami. Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami.”
Maka sebelum kami keluar dari masjid, langit menjadi gelap dengan awan seperti gunung-gunung. Kemudian hujan mulai turun dengan lebat. Kami keluar dari masjid dengan basah kuyup. Hujan itu terus turun sampai hari Jumat berikutnya.
Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam menyampaikan khutbah kepada kami pada hari Jumat berikutnya. Beliau melihat bahwa tanaman-tanaman telah hijau karena banyaknya hujan. Maka beliau berkata: “Apakah di antara kalian ada yang meminta kepada Allah agar menghentikan hujan?” Maka kami berkata: “Ya.”
Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya dan berdoa: “Ya Allah, kelilingkanlah hujan dari kami ke tempat-tempat lain. Ya Allah, kelilingkanlah hujan dari kami ke tempat-tempat lain. Ya Allah, kelilingkanlah hujan dari kami ke tempat-tempat lain.”
Maka sebelum kami keluar dari masjid, langit menjadi cerah kembali dan tidak ada awan sama sekali. (HR. Bukhari)
Imam Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhuma, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pernah berdoa minta hujan pada hari Jumat. Maka hujan turun dengan lebat hingga hari Jumat berikutnya.
Kemudian beliau berdoa lagi pada hari Jumat berikutnya. Maka hujan berhenti dan langit menjadi cerah. Beliau bersabda: “Kami telah meminta kepada Allah sesuatu yang kami tidak tahu. Ya Allah, janganlah Engkau bunuh kami dengan kemarahan-Mu, dan janganlah Engkau binasakan kami dengan azab-Mu, dan ampunilah kami sebelum Engkau mengazab kami.” (HR. Muslim)
Pemberitahuan Hal-Hal Ghaib yang Terbukti Terjadi
Pemberitahuan hal-hal ghaib yang terbukti terjadi adalah salah satu mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang terjadi pada banyak kesempatan ketika beliau memberitahukan kepada para sahabatnya tentang hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh manusia biasa.
Hal-hal ghaib tersebut meliputi perkara-perkara yang telah terjadi di masa lalu, yang sedang terjadi di masa kini, atau yang akan terjadi di masa depan. Hal-hal ghaib tersebut juga meliputi perkara-perkara yang berada di langit, bumi, atau alam lainnya.
Salah satu peristiwa yang paling terkenal adalah ketika beliau memberitahukan kepada para sahabatnya tentang peristiwa Isra Mi’raj, yaitu perjalanan beliau dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan kemudian ke Sidratul Muntaha.
Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-10 kenabian beliau. Pada malam itu, beliau dibawa oleh Malaikat Jibril Alaihissalam dengan menggunakan Buraq, yaitu seekor binatang yang lebih cepat dari kuda.
Beliau berhenti di beberapa tempat untuk shalat dan melihat beberapa tanda-tanda Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Beliau juga bertemu dengan beberapa nabi dan rasul sebelumnya. Beliau juga diberi hadiah berupa shalat lima waktu sehari semalam.
Beliau juga diberi kesempatan untuk melihat surga dan neraka serta penghuni-penghuninya. Beliau juga diberi kesempatan untuk berbicara langsung dengan Allah Subhanahu Wa Ta’ala tanpa perantara.
Peristiwa ini diriwayatkan oleh banyak sahabat dan ulama dalam hadits-hadits shahih.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Aku dibawa oleh Jibril pada malam Isra Mi’raj. Aku melewati beberapa tempat dan shalat di sana. Aku melewati Madinah dan shalat di sana. Aku melewati Baitul Maqdis dan shalat di sana.
Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha, yaitu pohon terbesar di surga. Daun-daunnya seperti telinga gajah dan buah-buahnya seperti tempayan besar. Empat sungai mengalir dari akarnya, dua sungai tersembunyi dan dua sungai tampak.
Aku bertanya kepada Jibril tentang dua sungai yang tampak. Dia berkata: “Ini adalah sungai Nil dan sungai Efrat.” Kemudian aku bertanya tentang dua sungai yang tersembunyi. Dia berkata: “Ini adalah dua sungai di surga.” Kemudian aku melihat Sidratul Muntaha dipenuhi dengan kupu-kupu yang terbuat dari emas.
Kemudian aku dibawa ke Baitul Ma’mur, yaitu masjid di langit ketujuh yang setiap hari didatangi oleh tujuh puluh ribu malaikat untuk shalat di sana. Kemudian aku dibawa ke Luh Mahfuz, yaitu papan tulis besar yang berisi takdir semua makhluk.
Kemudian aku dibawa ke Arasy Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yaitu singgasana-Nya yang paling tinggi dan paling mulia. Aku mendengar suara-Nya tanpa melihat wajah-Nya. Aku berbicara dengan-Nya dan Dia berbicara dengan aku. Aku meminta kepada-Nya apa yang aku inginkan dan Dia memberikan kepadaku apa yang Dia kehendaki.
Dia memberikan kepadaku lima hal yang tidak pernah diberikan kepada nabi dan rasul sebelumku. Pertama, Dia menjadikan umatku sebagai umat terbaik dan terakhir. Kedua, Dia menjadikan bumi sebagai masjid dan tempat suci bagi umatku.
Ketiga, Dia menjadikan kotoran dan darah haid sebagai penghapus dosa bagi umatku. Keempat, Dia menjadikan shalat lima waktu sehari semalam sebagai kewajiban bagi umatku. Kelima, Dia memberikan syafaat kepadaku untuk seluruh umatku pada hari kiamat.” (HR. Bukhari)
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Aku dibawa oleh Jibril pada malam Isra Mi’raj. Aku melewati beberapa tempat dan shalat di sana. Aku melewati Yaman dan shalat di sana. Aku melewati Syam dan shalat di sana.
Kemudian aku dibawa ke Baitul Maqdis dan shalat di sana bersama para nabi dan rasul sebelumku. Aku melihat Ibrahim Alaihissalam berdiri di sebelah kanan mimbar, Musa Alaihissalam berdiri di sebelah kiri mimbar, dan Isa Alaihissalam berdiri di belakang mimbar.
Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha, yaitu pohon terbesar di surga yang tidak dapat dilewati oleh siapapun. Di sana aku melihat empat sungai mengalir dari akarnya, dua sungai tersembunyi dan dua sungai tampak.
Aku bertanya kepada Jibril tentang dua sungai yang tampak. Dia berkata: “Ini adalah sungai Nil dan sungai Efrat.” Kemudian aku bertanya tentang dua sungai yang tersembunyi. Dia berkata: “Ini adalah dua sungai di surga.” Kemudian aku melihat Sidratul Muntaha dipenuhi dengan warna-warna yang indah.
Kemudian aku dibawa ke Baitul Ma’mur, yaitu masjid di langit ketujuh yang setiap hari didatangi oleh tujuh puluh ribu malaikat untuk shalat di sana. Kemudian aku dibawa ke Luh Mahfuz, yaitu papan tulis besar yang berisi takdir semua makhluk.
Kemudian aku dibawa ke Arasy Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yaitu singgasana-Nya yang paling tinggi dan paling mulia. Aku mendengar suara-Nya tanpa melihat wajah-Nya. Aku berbicara dengan-Nya dan Dia berbicara dengan aku.
Dia memberikan kepadaku sepuluh ayat dari surat Al-Baqarah yang merupakan penutup Al-Qur’an. Barangsiapa yang membacanya pada malam hari, maka dia akan dilindungi dari setan hingga pagi hari. Barangsiapa yang membacanya pada pagi hari, maka dia akan dilindungi dari setan hingga malam hari.” (HR. Muslim)
Terbelahnya Bulan Menjadi Dua
Terbelahnya bulan menjadi dua adalah salah satu mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang terjadi pada tahun ke-10 kenabian beliau. Peristiwa ini terjadi ketika orang-orang kafir Quraisy menantang beliau untuk menunjukkan mukjizat sebagai bukti kenabiannya.
Maka Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam menunjuk ke arah bulan dengan jari telunjuknya. Kemudian atas izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala, bulan terbelah menjadi dua bagian sehingga orang-orang dapat melihat celah di antara keduanya.
Peristiwa ini disaksikan oleh banyak orang, baik muslim maupun kafir, baik di Mekkah maupun di tempat-tempat lain. Peristiwa ini juga diriwayatkan oleh banyak sahabat dan ulama dalam hadits-hadits shahih.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan. Dan jika mereka (orang-orang musyrik) melihat sesuatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, “(Ini adalah) sihir yang terus-menerus.” (QS. Al-Qamar: 1-2)
Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, bahwa penduduk Mekkah pernah meminta kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam untuk menunjukkan kepada mereka mukjizat, dan beliau menunjukkan kepada mereka pemisahan bulan.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu Anhu, bahwa Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Bulan telah terbelah menjadi dua bagian pada zaman kami, dan Allah telah mengumpulkannya kembali. (HR. Muslim)
Mengobati Sakit Mata, Allah Sembuhkan dalam Seketika
Mengobati sakit mata, Allah sembuhkan dalam seketika adalah salah satu mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang terjadi pada beberapa kesempatan ketika beliau menyembuhkan para sahabatnya yang mengalami sakit mata dengan cara meludah ke mata mereka.
Salah satu peristiwa yang paling terkenal adalah ketika beliau menyembuhkan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu yang mengalami sakit mata yang sangat parah pada saat perang Khaybar.
Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-7 Hijriyah. Pada saat itu, Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersama para sahabatnya sedang mengepung kota Khaybar yang dikuasai oleh orang-orang Yahudi.
Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam ingin menaklukkan kota tersebut dengan cara menyerang benteng-bentengnya. Maka beliau memilih Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu sebagai panglima pasukan yang akan menyerang benteng pertama.
Namun Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu mengalami sakit mata yang sangat parah sehingga dia tidak bisa melihat apa-apa. Maka beliau datang kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan meminta izin untuk tidak ikut berperang.
Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam meludah ke mata Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu dan berdoa: “Ya Allah, sembuhkanlah mata hamba-Mu ini.” Maka seketika itu juga, mata Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu sembuh dan dia bisa melihat dengan jelas.
Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam memberikan bendera kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu dan bersabda: “Pergilah dengan tenang dan tidak tergesa-gesa hingga kamu sampai di benteng mereka. Kemudian ajaklah mereka untuk masuk Islam dan beritahukanlah kepada mereka hak-hak Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas mereka.
Demi Allah, jika Allah memberikan hidayah kepada satu orang melalui kamu, maka itu lebih baik bagimu daripada kamu memiliki unta merah.” Maka Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu pergi dengan bendera tersebut dan berhasil menaklukkan benteng pertama dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Peristiwa ini diriwayatkan oleh banyak sahabat dan ulama dalam hadits-hadits shahih.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Sahl bin Sa’d Radhiyallahu Anhu, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Besok aku akan memberikan bendera kepada seorang laki-laki yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan Allah dan Rasul-Nya mencintainya. Dia akan menaklukkan Khaybar dengan izin Allah.”
Maka orang-orang bermalam dengan harapan-harapan untuk mendapatkan bendera tersebut. Keesokan harinya, orang-orang datang kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan setiap orang berharap bahwa dia adalah orang yang akan mendapatkan bendera tersebut. Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Di mana Ali bin Abi Thalib?”
Maka orang-orang berkata: “Dia mengalami sakit mata, ya Rasulullah.” Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam menyuruh seseorang untuk membawa Ali bin Abi Thalib kepadanya. Maka Ali bin Abi Thalib datang dengan mata yang merah dan bengkak.
Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam meludah ke mata Ali bin Abi Thalib dan berdoa: “Ya Allah, sembuhkanlah mata hamba-Mu ini.” Maka seketika itu juga, mata Ali bin Abi Thalib sembuh dan dia bisa melihat dengan jelas.
Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam memberikan bendera kepada Ali bin Abi Thalib dan bersabda: “Pergilah dengan tenang dan tidak tergesa-gesa hingga kamu sampai di benteng mereka. Kemudian ajaklah mereka untuk masuk Islam dan beritahukanlah kepada mereka hak-hak Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas mereka.
Demi Allah, jika Allah memberikan hidayah kepada satu orang melalui kamu, maka itu lebih baik bagimu daripada kamu memiliki unta merah.” (HR. Bukhari)
Imam Muslim meriwayatkan dari Salamah bin Al-Akwa’ Radhiyallahu Anhu, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Besok aku akan memberikan bendera kepada seorang laki-laki yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan Allah dan Rasul-Nya mencintainya. Dia tidak akan kembali hingga Allah memberinya kemenangan.”
Maka orang-orang bermalam dengan harapan-harapan untuk mendapatkan bendera tersebut. Keesokan harinya, orang-orang datang kepada Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam dan setiap orang berharap bahwa dia adalah orang yang akan mendapatkan bendera tersebut.
Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bertanya: “Di mana Ali bin Abi Thalib?” Maka orang-orang berkata: “Dia mengalami sakit mata, ya Rasulullah.” Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam menyuruh seseorang untuk membawa Ali bin Abi Thalib kepadanya.
Maka Ali bin Abi Thalib datang dengan mata yang merah dan bengkak. Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam meludah ke mata Ali bin Abi Thalib dan berdoa: “Ya Allah, sembuhkanlah mata hamba-Mu ini.” Maka seketika itu juga, mata Ali bin Abi Thalib sembuh dan dia bisa melihat dengan jelas.
Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam memberikan bendera kepada Ali bin Abi Thalib dan bersabda: “Pergilah dengan tenang dan tidak tergesa-gesa hingga kamu sampai di benteng mereka. Kemudian ajaklah mereka untuk masuk Islam dan beritahukanlah kepada mereka hak-hak Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas mereka.
Demi Allah, jika Allah memberikan hidayah kepada satu orang melalui kamu, maka itu lebih baik bagimu daripada kamu memiliki unta merah.” (HR. Muslim)
Demikianlah beberapa mukjizat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang menunjukkan keagungan dan kekuasaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala serta kebenaran kenabian dan kerasulannya.
Semoga kita semua dapat mengimani, menghormati, mencintai, dan mengikuti beliau dalam segala hal. Amin.