Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, kabupaten dipimpin oleh seorang bupati yang dipilih secara langsung oleh rakyat. Bupati Pandeglang yang pertama terpilih secara langsung adalah Ratu Atut Chosiyah, yang menjabat dari tahun 2005 hingga 2011. Ia kemudian digantikan oleh Irna Narulita, yang menjabat dari tahun 2011 hingga 2016. Bupati Pandeglang yang saat ini menjabat adalah Irna Narulita, yang terpilih kembali untuk periode 2016 hingga 2021.
Asal-usul Nama Pandeglang
Nama Pandeglang berasal dari kata “Pandai Gelang”, yang merujuk pada tempat tinggal tukang menempa gelang untuk meriam Si Amuk milik Kesultanan Banten.
Menurut legenda, Ki Buyut Pandeglang adalah seorang pandai besi yang ahli membuat gelang-gelang dari besi untuk mengikat meriam Si Amuk.
Meriam Si Amuk adalah meriam terbesar dan terkuat di Kesultanan Banten, yang dibuat oleh Ki Buyut Pandeglang atas perintah Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 1670.
Meriam Si Amuk memiliki panjang 4 meter dan berat 2 ton, serta mampu menembakkan peluru seberat 50 kg sejauh 3 km.
Meriam ini menjadi senjata andalan Kesultanan Banten dalam menghadapi serangan Belanda dan Mataram.
Meriam ini juga menjadi simbol kejayaan dan kekuasaan Kesultanan Banten, sehingga mendapat julukan “Si Amuk”, yang berarti “yang mengamuk” atau “yang menggempur”.
Ki Buyut Pandeglang tinggal di Desa Kadupandak, yang terletak di sebelah barat Kota Pandeglang. Di desa ini, ia memiliki tempat menempa gelang-gelang untuk meriam Si Amuk, yang disebut “Pandai Gelang”.
Nama ini kemudian menjadi nama daerah tempat tinggalnya, yaitu “Pandeglang”. Nama ini juga menjadi nama kawedanan dan kabupaten yang meliputi wilayah tersebut.
Pesona Wisata Alam dan Budaya Pandeglang
Pandeglang memiliki banyak pesona wisata alam dan budaya yang menarik untuk dikunjungi. Berikut ini adalah beberapa contoh destinasi wisata yang ada di Pandeglang:
Taman Nasional Ujung Kulon
Taman Nasional Ujung Kulon adalah taman nasional pertama di Indonesia, yang ditetapkan pada tahun 1992. Taman nasional ini memiliki luas sekitar 1.206 km2, yang mencakup daratan semenanjung Ujung Kulon, Pulau Panaitan, Pulau Peucang, Pulau Handeuleum, dan beberapa pulau kecil lainnya di Samudera Hindia.
Taman nasional ini merupakan habitat terakhir bagi Badak Jawa atau Badak Sunda (Rhinoceros sondaicus), salah satu spesies badak yang paling terancam punah di dunia.
Selain itu, taman nasional ini juga memiliki keanekaragaman flora dan fauna lainnya, seperti rusa sambar, banteng, macan tutul Jawa, lutung Jawa, elang Jawa, dan lain-lain.
Taman Nasional Ujung Kulon juga memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi, karena menjadi saksi bisu dari letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883, yang menghancurkan sebagian besar pulau tersebut dan menyebabkan tsunami dahsyat yang menewaskan ribuan orang.
Di taman nasional ini, terdapat beberapa situs peninggalan sejarah, seperti benteng Portugis di Pulau Panaitan, makam Syekh Abdul Muhyi di Desa Sumur, dan makam Syekh Hasanuddin di Desa Tamanjaya.
Taman nasional ini juga memiliki keindahan alam yang mempesona, seperti pantai berpasir putih, hutan hujan tropis, danau vulkanik, dan terumbu karang.
Taman Nasional Ujung Kulon merupakan salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1991, karena dianggap memiliki nilai universal yang luar biasa bagi kemanusiaan.
Untuk mengunjungi taman nasional ini, pengunjung harus mendapatkan izin dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon, yang berlokasi di Desa Tamanjaya, Kecamatan Sumur.
Pengunjung juga harus membayar biaya masuk dan biaya konservasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pengunjung dapat menikmati berbagai aktivitas wisata di taman nasional ini, seperti trekking, camping, snorkeling, diving, birdwatching, dan lain-lain.
Tanjung Lesung
Tanjung Lesung adalah salah satu kawasan wisata pantai yang terletak di Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang.
Kawasan ini memiliki luas sekitar 1.500 hektar, yang menawarkan pemandangan pantai berpasir putih dengan latar belakang Gunung Krakatau.
Kawasan ini juga memiliki fasilitas wisata yang lengkap dan berkualitas, seperti hotel, resort, villa, restoran, lapangan golf, waterpark, dan lain-lain.
Tanjung Lesung merupakan salah satu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata yang ditetapkan oleh pemerintah pada tahun 2012, dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan pariwisata.
Kawasan ini juga menjadi salah satu destinasi wisata prioritas yang ditargetkan untuk mendatangkan 500 ribu wisatawan per tahun pada tahun 2019.
Untuk mengunjungi kawasan ini, pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi umum dari Jakarta atau Serang.
Pengunjung dapat menikmati berbagai aktivitas wisata di kawasan ini, seperti berenang, berjemur, bermain pasir, bersepeda, berkuda, memancing, berlayar, dan lain-lain.
Cibaliung
Cibaliung adalah sebuah kecamatan yang terletak di sebelah selatan Kota Pandeglang. Kecamatan ini memiliki potensi wisata budaya yang tinggi, karena menjadi tempat asal masyarakat Baduy atau Kanekes.
Masyarakat Baduy adalah salah satu kelompok masyarakat adat di Indonesia, yang masih mempertahankan tradisi dan kepercayaan nenek moyang mereka.
Masyarakat Baduy terbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu Baduy Dalam dan Baduy Luar.
Baduy Dalam adalah kelompok masyarakat Baduy yang lebih ortodoks dan isolatif. Mereka tinggal di tiga desa di pedalaman hutan, yaitu Cikeusik, Cikertawana, dan Cibeo.
Mereka tidak menggunakan teknologi modern, seperti listrik, kendaraan bermotor, pakaian berwarna-warni, dan lain-lain.
Mereka juga tidak mau berhubungan dengan orang luar dan hanya menerima kunjungan dari orang-orang tertentu yang sudah mendapat izin dari para pemimpin adat mereka.
Baduy Luar adalah kelompok masyarakat Baduy yang lebih moderat dan terbuka. Mereka tinggal di 22 desa di sekitar hutan, seperti Kaduketug, Kadukolot, Gajeboh, Cisimeut, dan lain-lain.
Mereka menggunakan beberapa teknologi modern, seperti listrik tenaga surya, sepeda motor (untuk keperluan darurat), pakaian berwarna hitam atau biru tua (untuk perempuan), dan lain-lain.
Mereka juga mau berhubungan dengan orang luar dan menerima kunjungan dari para wisatawan yang ingin mengenal budaya mereka.
Untuk mengunjungi masyarakat Baduy Dalam atau Baduy Luar, pengunjung harus menghormati adat istiadat dan aturan-aturan yang berlaku di sana
Pengunjung harus menggunakan pakaian yang sopan dan sederhana (tidak berwarna warni), tidak merokok, tidak memotret, tidak membawa barang-barang berbau alkohol atau babi, tidak menginjak tanaman atau binatang, tidak mengambil sesuatu tanpa izin, dan lain-lain. Pengunjung juga harus mengikuti arahan dari para pemandu lokal yang sudah berpengalaman dan dipercaya oleh masyarakat Baduy.
Dengan mengunjungi masyarakat Baduy, pengunjung dapat belajar banyak tentang kearifan lokal dan kehidupan harmonis dengan alam. Pengunjung dapat menyaksikan berbagai ritual adat, seperti Seba Baduy (upacara bersih desa), Seren Taun (upacara panen padi), Ngalaksa (upacara pernikahan), dan lain-lain.
Pengunjung juga dapat mencicipi berbagai makanan khas, seperti nasi tutug oncom, nasi timbel, sayur asem, peuyeum, dan lain-lain. Pengunjung juga dapat menginap di rumah-rumah panggung sederhana yang dibuat dari bambu dan kayu, serta berinteraksi langsung dengan masyarakat Baduy.
Pulau Umang
Pulau Umang adalah sebuah pulau kecil yang terletak di sebelah selatan Kecamatan Sumur. Pulau ini memiliki luas sekitar 5 hektar, yang dikelilingi oleh pantai berpasir putih dan terumbu karang.
Pulau ini juga memiliki satu-satunya resort di sana, yaitu Umang Island Resort & Spa, yang menawarkan pengalaman menginap yang nyaman dan eksklusif.
Resort ini memiliki fasilitas yang lengkap dan mewah, seperti kamar-kamar ber-AC, restoran, kolam renang, spa, meeting room, dan lain-lain.
Pulau Umang merupakan salah satu destinasi wisata favorit bagi para wisatawan yang ingin menikmati suasana pulau pribadi yang tenang dan romantis.
Pulau ini cocok untuk berbagai acara, seperti liburan keluarga, bulan madu, gathering perusahaan, outbound, dan lain-lain.
Untuk mengunjungi pulau ini, pengunjung harus menyeberang dari Pelabuhan Sumur menggunakan perahu motor selama sekitar 10 menit.
Pengunjung juga harus membayar biaya masuk dan biaya sewa resort sesuai dengan paket yang dipilih. Pengunjung dapat menikmati berbagai aktivitas wisata di pulau ini, seperti snorkeling, banana boat, jet ski, fishing, karaoke, BBQ party, dan lain-lain.
Kesimpulan
Pandeglang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Banten yang memiliki sejarah yang panjang dan menarik, serta pesona wisata alam dan budaya yang beragam.
Pandeglang berasal dari kata “Pandai Gelang”, yang merujuk pada tempat tinggal tukang menempa gelang untuk meriam Si Amuk milik Kesultanan Banten.
Pandeglang juga memiliki julukan “Kota Badak”, karena menjadi rumah bagi populasi badak bercula satu terbesar di dunia.
Beberapa destinasi wisata yang ada di Pandeglang antara lain adalah Taman Nasional Ujung Kulon, Tanjung Lesung, Cibaliung, dan Pulau Umang.
Di sana, pengunjung dapat menyaksikan keindahan alam yang mempesona, keanekaragaman flora dan fauna yang luar biasa, serta kekayaan budaya yang mengagumkan.
Pandeglang merupakan salah satu kabupaten yang layak untuk dikunjungi oleh para wisatawan yang ingin menambah wawasan dan pengalaman mereka.
FAQ
Apa saja syarat untuk mengunjungi Taman Nasional Ujung Kulon?
Untuk mengunjungi Taman Nasional Ujung Kulon, pengunjung harus mendapatkan izin dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon, yang berlokasi di Desa Tamanjaya, Kecamatan Sumur.
Pengunjung juga harus membayar biaya masuk dan biaya konservasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Selain itu, pengunjung harus menghormati aturan-aturan yang ada di taman nasional tersebut, seperti tidak merusak lingkungan, tidak membuang sampah sembarangan, tidak membawa senjata api atau benda tajam lainnya, tidak membawa hewan peliharaan, tidak membuat kebisingan, dan lain-lain.
Bagaimana cara menuju Tanjung Lesung?
Untuk menuju Tanjung Lesung, pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi atau transportasi umum dari Jakarta atau Serang.
Jika menggunakan kendaraan pribadi, pengunjung dapat mengambil jalur tol Jakarta-Merak, lalu keluar di Gerbang Tol Serang Timur.
Selanjutnya, pengunjung dapat mengikuti arah menuju Pandeglang-Labuan, lalu belok kanan di pertigaan Cibaliung menuju Tanjung Lesung.
Jarak tempuh dari Jakarta ke Tanjung Lesung sekitar 160 km, yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 3-4 jam.
Jika menggunakan transportasi umum, pengunjung dapat naik bus jurusan Jakarta-Labuan dari Terminal Kampung Rambutan, lalu turun di Terminal Labuan.
Selanjutnya, pengunjung dapat naik angkot jurusan Labuan-Cibaliung, lalu turun di pertigaan Cibaliung. Dari sana, pengunjung dapat naik ojek menuju Tanjung Lesung.
Biaya transportasi umum dari Jakarta ke Tanjung Lesung sekitar Rp 100.000-Rp 150.000 per orang.
Siapa saja tokoh pejuang yang berasal dari Pandeglang?
Beberapa tokoh pejuang yang berasal dari Pandeglang antara lain adalah:
- KH. Tubagus Ahmad Bakri (1903-1971), salah satu ulama dan pemimpin Sarekat Islam di Banten, yang berperan dalam menentang penjajahan Belanda dan Jepang, serta mendirikan Pesantren Al-Bakriyah di Pandeglang.
- KH. Tubagus Chasan Sochib (1912-1989), salah satu ulama dan pemimpin Nahdlatul Ulama di Banten, yang berperan dalam menyebarluaskan ajaran Islam Ahlussunnah wal Jamaah, serta mendirikan Pesantren Al-Khairiyah di Pandeglang.
- KH. Abdul Halim (1914-1987), salah satu ulama dan pemimpin Muhammadiyah di Banten, yang berperan dalam mengembangkan pendidikan Islam modern, serta mendirikan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Serang.
- KH. Abdul Fatah Hasan (1920-2008), salah satu ulama dan pemimpin Hizbullah di Banten, yang berperan dalam melawan penjajahan Belanda dan Jepang, serta mendirikan Pesantren Al-Fatah di Pandeglang.
- KH. Ahmad Dimyati (1926-2010), salah satu ulama dan pemimpin Sabilillah di Banten, yang berperan dalam melawan penjajahan Belanda dan Jepang, serta mendirikan Pesantren Al-Hidayah di Pandeglang.
Apa saja makanan khas Pandeglang?
Beberapa makanan khas Pandeglang antara lain adalah:
- Nasi tutug oncom, yaitu nasi yang dimasak dengan oncom (tempe fermentasi) dan santan, lalu ditumbuk hingga lembut dan beraroma. Makanan ini biasanya disajikan dengan sayur asem, sambal terasi, dan ikan asin.
- Nasi timbel, yaitu nasi yang dibungkus dengan daun pisang, lalu dikukus atau dibakar, sehingga menghasilkan aroma yang khas. Makanan ini biasanya disajikan dengan lauk-pauk seperti ayam goreng, tahu, tempe, sambal, dan lalapan.
- Sayur asem, yaitu sayur berkuah asam yang terbuat dari campuran sayuran seperti labu siam, kacang panjang, jagung, daun melinjo, dan terong. Kuahnya dibuat dari air, gula merah, asam jawa, dan bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, cabai, lengkuas, dan terasi. Sayur ini biasanya dimakan dengan nasi hangat dan lauk-pauk lainnya.
- Peuyeum, yaitu makanan fermentasi yang terbuat dari singkong yang dicuci bersih, lalu direndam dalam air gula selama beberapa hari hingga berubah warna dan tekstur. Makanan ini memiliki rasa manis dan asam, serta aroma yang khas. Peuyeum biasanya dimakan begitu saja atau diolah menjadi makanan lain seperti peuyeum bandung (peuyeum yang dicampur dengan santan dan gula merah), peuyeum goreng (peuyeum yang digoreng dengan tepung), dan lain-lain.