Kabupaten Pandeglang

Sejarah dan Asal-usul Pandeglang yang Menyimpan Pesona Wisata Alam dan Budaya

×

Sejarah dan Asal-usul Pandeglang yang Menyimpan Pesona Wisata Alam dan Budaya

Sebarkan artikel ini
Sejarah Berdirinya dan Asal Usul Nama Banten
Sejarah Berdirinya dan Asal Usul Nama Banten

FOKUS BANTEN – Pandeglang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Banten yang memiliki banyak potensi wisata alam dan budaya. Kabupaten ini terletak di ujung barat Pulau Jawa, berbatasan dengan Selat Sunda di sebelah selatan, Kabupaten Serang di sebelah timur, Kabupaten Lebak di sebelah utara, dan Samudera Hindia di sebelah barat.

Luas wilayah Pandeglang mencapai 2.746,89 kilometer persegi, yang mencakup beberapa pulau kecil di Samudera Hindia, seperti Pulau Panaitan, Pulau Deli, dan Pulau Tinjil.

Selain itu, kabupaten ini juga memiliki Taman Nasional Ujung Kulon, yang merupakan habitat terakhir bagi Badak Jawa atau Badak Sunda (Rhinoceros sondaicus), salah satu spesies badak yang paling terancam punah di dunia.

Pandeglang memiliki sejarah yang panjang dan menarik, yang berkaitan dengan perkembangan Kesultanan Banten dan peranannya dalam perdagangan maritim di Nusantara.

Nama Pandeglang sendiri berasal dari kata “Pandai Gelang”, yang merujuk pada tempat tinggal tukang menempa gelang untuk meriam Si Amuk milik Kesultanan Banten.

Kabupaten ini juga memiliki julukan “Kota Badak”, karena menjadi rumah bagi populasi badak bercula satu terbesar di dunia.

Berikut ini adalah ulasan lebih lengkap tentang sejarah dan asal-usul Pandeglang, serta pesona wisata alam dan budaya yang dimilikinya.

Sejarah Kabupaten Pandeglang

Pandeglang sudah dihuni sejak masa pra-sejarah, seperti dibuktikan oleh penemuan situs megalitikum Gunung Kembang dan situs arkeologi Cibedug. Pada masa Hindu-Buddha, Pandeglang termasuk dalam wilayah Kerajaan Tarumanagara dan Kerajaan Sunda.

Pada masa Islam, Pandeglang menjadi bagian dari Kesultanan Banten, yang didirikan oleh Maulana Hasanuddin pada tahun 1526.

Kesultanan Banten berkembang menjadi salah satu kerajaan maritim terbesar di Nusantara, yang menguasai jalur perdagangan rempah-rempah antara Maluku dan Eropa.

Pelabuhan Banten menjadi pusat aktivitas ekonomi dan politik, yang menarik banyak pedagang dari berbagai bangsa, seperti Arab, Cina, India, Persia, Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, dan lain-lain.

Kesultanan Banten juga memiliki hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan lain di Asia Tenggara, seperti Aceh, Mataram, Johor, Siam, dan lain-lain.

Pandeglang merupakan salah satu wilayah penting dalam Kesultanan Banten, karena menjadi tempat produksi beras dan gula yang menjadi komoditas ekspor utama.

Selain itu, Pandeglang juga menjadi tempat pembuatan meriam Si Amuk, yang merupakan senjata andalan Kesultanan Banten dalam menghadapi serangan musuh.

Meriam Si Amuk dibuat oleh seorang pandai besi bernama Ki Buyut Pandeglang, yang tinggal di Desa Kadupandak. Meriam ini memiliki panjang 4 meter dan berat 2 ton, serta mampu menembakkan peluru seberat 50 kg sejauh 3 km.

Pada tahun 1828, berdasarkan Staatsblad Belanda Nomor 9 Tahun 1828, Pandeglang menjadi bagian dari Kabupaten Serang dalam sistem pemerintahan kolonial Hindia Belanda.

Kabupaten Serang memiliki 11 kawedanan (setingkat kecamatan), salah satunya adalah Kawedanan Pandeglang. Kawedanan Pandeglang terdiri dari dua wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Pandeglang dan Kecamatan Cadasari.

Pada tahun 1874, berdasarkan Staatsblad Belanda Nomor 73 Tahun 1874, Pandeglang resmi berstatus kabupaten tersendiri. Kabupaten Pandeglang memiliki sembilan kawedanan (setingkat kecamatan), yaitu:

  • Kawedanan Pandeglang
  • Kawedanan Baros
  • Kawedanan Ciomas
  • Kawedanan Kolelet
  • Kawedanan Cimanuk
  • Kawedanan Caringin
  • Kawedanan Panimbang
  • Kawedanan Menes
  • Kawedanan Cibaliung

Meskipun sudah berstatus kabupaten, Pandeglang masih menjadi bagian dari Karesidenan Banten, yang dipimpin oleh seorang residen Belanda.

Baru pada tahun 1925, berdasarkan Staatsblad Belanda Nomor 448 Tahun 1925, Pandeglang menjadi kabupaten yang berdiri sendiri, terpisah dari Karesidenan Banten. Kabupaten Pandeglang memiliki 13 kawedanan (setingkat kecamatan), yaitu:

  • Kawedanan Pandeglang
  • Kawedanan Baros
  • Kawedanan Ciomas
  • Kawedanan Kolelet
  • Kawedanan Cimanuk
  • Kawedanan Caringin
  • Kawedanan Panimbang
  • Kawedanan Menes
  • Kawedanan Cibaliung
  • Kawedanan Labuan
  • Kawedanan Saketi
  • Kawedanan Mandalawangi
  • Kawedanan Sumur

Mengingat tanggal 1 April 1874 merupakan tanggal dimulainya Kabupaten Pandeglang, maka hari tersebut ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Pandeglang.

Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, Pandeglang menjadi salah satu daerah yang aktif melawan penjajah Belanda dan Jepang.

Beberapa tokoh pejuang yang berasal dari Pandeglang antara lain adalah KH. Tubagus Ahmad Bakri, KH. Tubagus Chasan Sochib, KH. Abdul Halim, KH. Abdul Fatah Hasan, KH. Ahmad Dimyati, dan lain-lain.

Mereka berperan dalam menyebarkan semangat nasionalisme dan membentuk organisasi perjuangan seperti Sarekat Islam, Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Hizbullah, Sabilillah, dan lain-lain.

Pada masa Orde Lama dan Orde Baru, Pandeglang mengalami perkembangan di bidang pemerintahan, pendidikan, kesehatan, pertanian, perikanan, industri, perdagangan, dan pariwisata.

Beberapa proyek pembangunan yang dilakukan antara lain adalah pembukaan jalan raya Serang-Pandeglang-Labuan-Rangkasbitung (1950-an), pembangunan Pelabuhan Ratu (1960-an), pembangunan PLTA Suralaya (1970-an), pembangunan Taman Nasional Ujung Kulon (1980-an), pembangunan Tanjung Lesung (1990-an), dan lain-lain.

Pada masa Reformasi, Pandeglang mengalami perubahan dalam sistem pemerintahan daerah.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, kawedanan dihapuskan dan diganti dengan kecamatan. Kabupaten Pandeglang memiliki 35 kecamatan pada tahun 2003, yaitu:

  • Kecamatan Pandeglang
  • Kecamatan Baros
  • Kecamatan Ciomas
  • Kecamatan Cimanuk
  • Kecamatan Cipeucang
  • Kecamatan Caringin
  • Kecamatan Munjul
  • Kecamatan Angsana
  • Kecamatan Sindangresmi
  • Kecamatan Picung
  • Kecamatan Bojong
  • Kecamatan Saketi
  • Kecamatan Cisata
  • Kecamatan Pagelaran
  • Kecamatan Patia
  • Kecamatan Sukaresmi
  • Kecamatan Labuan
  • Kecamatan Carita
  • Kecamatan Jiput
  • Kecamatan Cikedal
  • Kecamatan Menes
  • Kecamatan Pulosari
  • Kecamatan Mandalawangi
  • Kecamatan Cihara
  • Kecamatan Bayah
  • Kecamatan Cilograng
  • Kecamatan Cibeber
  • Kecamatan Banjar
  • Kecamatan Cimarga
  • Kecamatan Cibitung
  • Kecamatan Cikeusik
  • Kecamatan Cigeulis
  • Kecamatan Panimbang
  • Kecamatan Sobang
  • Kecamatan Malingping
  • Kecamatan Wanasalam
  • Kecamatan Panggarangan
  • Kecamatan Cihara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *