BantenSejarah

Sejarah Vihara Avalokitesvara Banten Lama

×

Sejarah Vihara Avalokitesvara Banten Lama

Sebarkan artikel ini

FOKUS SEJARAH BANTEN – Vihara Avalokitesvara adalah salah satu tempat ibadah umat Buddha yang terletak di Banten Lama, Kota Serang, Provinsi Banten. Vihara ini memiliki sejarah yang panjang dan kaya, serta menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa penting yang terjadi di wilayah ini. Selain itu, vihara ini juga memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri yang membuatnya menjadi salah satu destinasi wisata religi yang menarik untuk dikunjungi.

Sejarah Vihara Avalokitesvara

Sejarah Vihara Avalokitesvara
Sejarah Vihara Avalokitesvara

Vihara Avalokitesvara didirikan pada abad ke-5 Masehi, pada masa pemerintahan Kerajaan Tarumanegara, yang merupakan kerajaan Hindu-Buddha pertama yang berkuasa di Jawa Barat. Vihara ini menjadi pusat aktivitas keagamaan dan pendidikan Buddha di wilayah ini, serta menjadi tempat perlindungan bagi para biksu dan peziarah yang datang dari berbagai daerah.

Nama vihara ini berasal dari Avalokitesvara, yaitu salah satu bodhisattva atau makhluk suci dalam ajaran Buddha Mahayana yang dikenal sebagai Dewi Kwan Im dalam tradisi Tiongkok. Avalokitesvara berarti “Pengamat Suara Dunia”, yang melambangkan belas kasih dan kemurahan hati terhadap semua makhluk hidup.

Baca juga: Sumur Cing Sen di Vihara Avalokitesvara Banten: Simbol Toleransi dan Keindahan

Vihara ini juga dikenal dengan nama lain, yaitu Vihara Boen Tek Bio, yang berarti “Vihara Asal Mula Kebajikan” dalam bahasa Hokkien. Nama ini diberikan oleh para imigran Tionghoa yang datang ke Banten pada abad ke-15 dan ke-16 Masehi, yang membawa pengaruh budaya dan arsitektur Tiongkok ke vihara ini.

Salah satu tokoh penting yang terkait dengan sejarah vihara ini adalah Putri Ong Tien Nio, yaitu seorang putri dari Kaisar Tiongkok dari Dinasti Ming yang datang ke Banten pada tahun 1652 Masehi. Putri Ong Tien Nio adalah seorang penganut Buddha yang taat, yang bersama dengan beberapa pengikutnya membangun kembali dan merenovasi vihara ini setelah mengalami kerusakan akibat perang dan bencana alam.

Vihara ini juga pernah menjadi tempat tinggal Sultan Ageng Tirtayasa, yaitu raja dari Kesultanan Banten yang memerintah pada tahun 1651-1682 Masehi. Sultan Ageng Tirtayasa adalah seorang pemimpin yang bijaksana dan toleran, yang menghormati keberagaman agama dan budaya di wilayahnya. Ia pernah mengungsi ke vihara ini ketika terjadi pemberontakan oleh putranya sendiri, Sultan Haji, yang dibantu oleh Belanda.

Vihara ini juga menjadi saksi dari berbagai peristiwa sejarah lainnya, seperti penyerangan Belanda, penjajahan Jepang, revolusi kemerdekaan Indonesia, hingga reformasi politik. Vihara ini tetap bertahan dan terus dilestarikan oleh para penganut Buddha maupun masyarakat sekitar sebagai warisan budaya dan sejarah yang berharga.

Keunikan Vihara Avalokitesvara

Vihara Avalokitesvara memiliki beberapa keunikan yang membedakannya dari vihara-vihara lain di Indonesia. Salah satunya adalah arsitekturnya, yang merupakan perpaduan antara gaya Jawa, Tiongkok, dan Eropa. Hal ini terlihat dari bentuk bangunan, ornamen, ukiran, hingga warna catnya.

Bangunan utama vihara ini adalah sebuah pagoda setinggi lima lantai yang menjulang tinggi di tengah-tengah kompleks. Pagoda ini memiliki atap berlapis-lapis yang melengkung ke atas, dengan hiasan naga dan burung phoenix di ujung-ujungnya. Pagoda ini juga dilengkapi dengan lonceng dan drum besar yang digunakan untuk mengumandangkan doa atau memberi tanda waktu ibadah.

Di dalam pagoda ini, terdapat sebuah patung Dewi Kwan Im yang berukuran besar, yang duduk di atas sebuah bunga teratai. Patung ini terbuat dari tembaga dan dilapisi dengan emas 22 karat. Tinggi patung ini mencapai 16,8 meter, dan beratnya sekitar 40 ton. Patung ini merupakan patung Dewi Kwan Im terbesar yang ada di dalam ruangan di Indonesia, dan pernah mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI).

Di sekeliling pagoda, terdapat beberapa bangunan lain yang berfungsi sebagai tempat ibadah, meditasi, belajar, atau bermusyawarah. Beberapa bangunan ini adalah:

  • Dharma Hall, yaitu sebuah ruang serbaguna yang digunakan untuk berbagai kegiatan keagamaan, seperti upacara, seminar, diskusi, atau pertemuan. Di dalam ruangan ini, terdapat altar yang dihiasi dengan patung-patung Buddha dan bodhisattva, serta lukisan-lukisan dinding yang menggambarkan ajaran Buddha.
  • Ksitigarbha Hall, yaitu sebuah ruang khusus yang didedikasikan untuk Ksitigarbha, yaitu bodhisattva yang dikenal sebagai pelindung makhluk-makhluk di neraka. Di dalam ruangan ini, terdapat patung Ksitigarbha yang dikelilingi oleh 500 arhat atau orang suci yang telah mencapai pencerahan.
  • Amitabha Hall, yaitu sebuah ruang khusus yang didedikasikan untuk Amitabha, yaitu Buddha dari arah barat yang menguasai Surga Sukhavati. Di dalam ruangan ini, terdapat patung Amitabha yang dikelilingi oleh 48 boddhisattva yang membantunya menyelamatkan makhluk-makhluk dari penderitaan.
  • Manjushri Hall, yaitu sebuah ruang khusus yang didedikasikan untuk Manjushri, yaitu bodhisattva yang melambangkan kebijaksanaan dan pengetahuan. Di dalam ruangan ini, terdapat patung Manjushri yang mengendarai seekor singa putih dan membawa pedang api di tangannya.
  • Samantabhadra Hall, yaitu sebuah ruang khusus yang didedikasikan untuk Samantabhadra, yaitu bodhisattva yang melambangkan kebaikan dan tindakan tanpa pamrih. Di dalam ruangan ini, terdapat patung Samantabhadra yang mengendarai seekor gajah putih dan membawa bunga lotus di tangannya.

Selain bangunan-bangunan tersebut, vihara ini juga memiliki beberapa fasilitas lain yang mendukung kegiatan keagamaan dan sosial di sini. Beberapa fasilitas ini adalah:

  • Perpustakaan Buddha, yaitu sebuah tempat penyimpanan buku-buku dan dokumen-dokumen tentang Buddha dan ajarannya. Perpustakaan ini memiliki koleksi lebih dari 10.000 buku dalam berbagai bahasa, seperti Indonesia, Tiongkok, Inggris, Jepang, Korea, Thailand, Vietnam, dan lain-lain.
  • Asrama Buddha, yaitu sebuah tempat penginapan bagi para biksu, biksuni, atau peziarah yang datang dari luar kota atau luar negeri. Asrama ini memiliki kapasitas sekitar 200 orang, dan dilengkapi dengan fasilitas seperti kamar mandi, dapur, ruang makan, ruang tamu, dan lain-lain.
  • Taman Buddha, yaitu sebuah area hijau yang ditata dengan indah dan rapi. Taman ini memiliki berbagai macam tanaman dan bunga yang melambangkan ajaran Buddha, seperti bunga lotus, bunga mawar, bunga melati, bunga kamboja, dan lain-lain. Taman ini juga memiliki beberapa kolam ikan dan air mancur yang menambah kesegaran dan ketenangan suasana.

Daya Tarik Vihara Avalokitesvara

Vihara Avalokitesvara memiliki daya tarik yang membuatnya menjadi salah satu destinasi wisata religi yang populer di Banten. Beberapa daya tarik vihara ini adalah:

  • Daya tarik budaya, yaitu kesempatan untuk mengenal lebih dekat budaya dan tradisi Buddha, khususnya yang berkembang di Banten. Pengunjung dapat melihat berbagai upacara keagamaan yang dilakukan oleh para biksu dan biksuni, seperti pujian, doa, meditasi, puasa, dan lain-lain. Pengunjung juga dapat mengikuti beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh vihara, seperti kelas Dharma, kelas bahasa Tionghoa, kelas kaligrafi, kelas seni, dan lain-lain.
  • Daya tarik spiritual, yaitu kesempatan untuk merasakan kedamaian dan ketenangan batin yang ditawarkan oleh vihara ini. Pengunjung dapat berdoa dan memohon berkah kepada Dewi Kwan Im atau Buddha lainnya, serta memperoleh berbagai manfaat spiritual dari mereka. Pengunjung juga dapat menyumbangkan sebagian harta atau tenaga mereka untuk kepentingan vihara, sebagai bentuk bakti dan karma baik.
  • Daya tarik edukasi, yaitu kesempatan untuk belajar dan menambah pengetahuan tentang sejarah, arsitektur, seni, dan ajaran Buddha. Pengunjung dapat melihat berbagai koleksi benda-benda bersejarah yang disimpan di vihara ini, seperti prasasti, patung, lukisan, buku, dan lain-lain. Pengunjung juga dapat mendengarkan penjelasan dari para pemandu wisata atau biksu yang siap memberikan informasi dan menjawab pertanyaan.

Kesimpulan

Vihara Avalokitesvara adalah salah satu vihara tertua dan terbesar di Indonesia, yang memiliki sejarah yang panjang dan kaya. Vihara ini juga memiliki keunikan dan daya tarik yang membuatnya menjadi salah satu destinasi wisata religi yang populer di Banten. Vihara ini menawarkan pengalaman yang berbeda dan berkesan bagi para pengunjung, baik dari segi budaya, spiritual, maupun edukasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *